Gambar ”DENGKI: Musuh Dalam Selimut Jiwa dan Luka Hati yang Tak Berdarah”


Pernahkah kita merasa sesak bukan karena kehilangan, melainkan karena orang lain mendapatkan sesuatu yang belum kita raih?


Pernahkah kita diam-diam mengernyit (gerakan mengerutkan dahi dan alis), bukan karena sakit, tapi karena orang lain tersenyum dalam keberhasilan?


Dan pernahkah kita merasa sempit, bukan karena sempitnya rezeki, tapi karena lapangnya nikmat orang lain?


Begitulah luka hati yang tak berdarah. Ia tak tampak, tapi menggerogoti jiwa. Ia tidak menimbulkan suara, tapi menghantam iman. 


Ia bernama hasad, dan kini ia menjelma menjadi salah satu penyakit hati paling mematikan di tengah masyarakat modern yang serba kompetitif dan penuh pencitraan.


Di zaman ini, kebahagiaan tak lagi sederhana. Ia seringkali harus diukur dari apa yang tampak di layar, bukan dari yang tenang di dada. 


Media sosial telah menjadi panggung perbandingan, di mana pencapaian orang lain menjadi cambuk yang tidak mendidik, tetapi menyakitkan. 


Kita mulai mengintip rezeki orang, bukan untuk mendoakan, tetapi untuk membandingkan dan, tanpa sadar mendengki.


Hasad tidak mengenal status. Ia bisa tinggal di hati pejabat, dosen, mahasiswa, bahkan para aktivis dakwah. Ia mengendap dalam diskusi ilmiah, menyusup dalam agenda pelayanan, dan menyelinap dalam balutan senyum palsu. 


Yang lebih menyedihkan, ia seringkali dibungkus dalam narasi “keadilan” atau “kebenaran”, padahal hakikatnya hanyalah ketidakikhlasan menerima takdir Allah atas orang lain.


Padahal, hidup ini bukan tentang siapa yang lebih dulu sampai, tapi tentang siapa yang lebih jujur menjalani. 


Bukan siapa yang lebih banyak memiliki, tapi siapa yang paling bersyukur atas yang dimiliki. 


Allah tidak menilai siapa yang paling viral, paling kaya, atau paling dipuji, tapi siapa yang hatinya paling bersih dan raganya paling bermanfaat.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَا إِلَى أَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat hati dan amal kalian.”

(HR. Muslim)


Tulisan ini bukan hanya panggilan untuk memahami apa itu hasad, tetapi juga seruan untuk membersihkan jiwa dari bara iri yang membakar amal. 


Sebab hidup ini terlalu singkat untuk menghabiskan energi pada rasa dengki. Dunia ini terlalu luas untuk kita merasa sempit hanya karena orang lain mendapat bagian rezekinya.


Maka mari bersama menempuh jalan tazkiyah (penyucian jiwa), agar hati ini lapang dalam syukur, tulus dalam mendoakan, dan tenang dalam menerima takdir. 


Sebab hanya hati yang bersih yang mampu merasakan nikmatnya hidup, meski dalam

kesederhanaan. 


Dan hanya jiwa yang lapang yang mampu tersenyum melihat orang lain bahagia, karena ia yakin bahwa Tuhan yang memberi rezeki kepada mereka, juga Tuhan yang menyiapkan rezeki terbaik untuknya.


Dalam kehidupan yang semakin kompetitif, di tengah derasnya arus pencapaian dan keberhasilan, tidak sedikit manusia yang terjebak dalam perasaan tak rela atas kebahagiaan dan kesuksesan orang lain. 


Perasaan ini dikenal dalam Islam dengan istilah al-ḥasad (الحسد), yang dalam bahasa Indonesia disebut "dengki" atau "iri hati yang disertai keinginan agar nikmat orang lain hilang".


Makna dan Hakikat Hasad


Secara etimologis, kata hasad (حسد) berasal dari tiga huruf: ḥā’ (ح), sīn (س), dan dāl (د). Ulama ahli bahasa seperti Ibn Faris menjelaskan bahwa ketiganya mengandung makna "tajarru‘u zawali ni‘mati ghayr" (keinginan agar nikmat yang dimiliki orang lain lenyap). 


Dalam terminologi syar‘i, al-ḥasad adalah keinginan seseorang agar nikmat yang diberikan Allah kepada orang lain dicabut, baik disertai dengan upaya atau tidak.


Hasad bukan hanya penyakit emosi biasa, tetapi merupakan penyakit hati yang sangat membahayakan iman. 


Hasad atau dengki menyelinap dalam diam, namun perlahan melumpuhkan kebaikan, mengikis amal, dan merusak hubungan sosial.


Dalil-Dalil tentang Bahaya Hasad


Al-Qur'an dan hadits telah dengan tegas memperingatkan bahaya hasad. Allah Ta'ala berfirman:

أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَىٰ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ

“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad dan para sahabat) karena karunia yang telah Allah berikan kepada mereka?”

(QS. An-Nisā’ [4]: 54)


Ayat ini menunjukkan bahwa hasad bukan hanya sikap batin yang salah, tetapi juga bentuk penolakan terhadap qadha’ dan qadar Allah. Dengki seakan menuduh Allah tidak adil dalam membagi rezeki dan karunia-Nya.


Lebih lanjut, Rasulullah SAW. bersabda:

إياكم والحسد فإن الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب

“Jauhilah kalian dari hasad, karena hasad memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.”

(HR. Abū Dāwūd, no. 4903)


Hadits ini menunjukkan betapa besar dampak negatif hasad. Ia bisa menghapus pahala sebagaimana api membakar habis kayu yang kering.


Sebab-Sebab Timbulnya Hasad


Para ulama menyebutkan bahwa hasad muncul dari beberapa faktor:


1. Al-‘adāwah wa al-baghḍā’ (العداوة والبغضاء): permusuhan dan kebencian terhadap orang lain.


2. Al-kibr (الكبر): kesombongan, merasa lebih baik dari orang lain.


3. Al-ta‘azzuz (التعزز): ingin mempertahankan martabat atau posisi sosial yang tinggi.


4. Al-ḥubb li al-ri’āsah (حب الرياسة): cinta terhadap popularitas dan kepemimpinan.


5. Khubṡ al-nafs (خبث النفس): kebusukan hati yang enggan menerima keberhasilan orang lain.


Al-Imam al-Ghazali dalam Iḥya Ulumu ad-Din menjelaskan bahwa hasad merupakan bagian dari sifat jiwa yang belum bersih. Ia menyarankan terapi melalui muḥāsabah dan tazkiyah.


Dampak Negatif Hasad


1. Terhadap Pelakunya:


Hasad menghancurkan ketenangan batin. Orang yang dengki hidup dalam kegelisahan. Setiap ia melihat orang lain bahagia, hatinya sempit. Ia tidak pernah puas dan terus merasa kurang. Rasulullah SAW.bersabda:

ثلاث لا ينجو منهن أحد: الظن، والطيرة، والحسد

“Tiga hal yang tidak bisa dihindari oleh manusia: prasangka, pesimisme, dan hasad. Namun, jika kamu hasad, janganlah kamu berlaku zhalim.”

(HR. Ṭabarāni)


2. Terhadap Amal:


Dampak paling besar dari hasad adalah hangusnya pahala amal. Sehebat apapun ibadah, jika hati masih busuk karena hasad, maka kebaikannya akan sirna. Sebagaimana sabda Rasulullah الحسد لا يجتمع في قلب عبد مع الإيمان

“Hasad tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba dengan iman.”


3. Terhadap Sosial Kemasyarakatan:


Hasad menjadi akar dari banyak kerusakan sosial: fitnah, ghibah, adu domba, bahkan permusuhan berkepanjangan. Ketika hasad merajalela, masyarakat kehilangan kepercayaan, cinta kasih, dan ukhuwah.


Tanda-Tanda Hati yang Terjangkit Hasad


*Merasa sempit dada ketika orang lain mendapat nikmat.


*Sulit menyebutkan kebaikan orang lain.


*Menyebarkan aib atau meremehkan prestasi orang lain.


*Senang ketika orang lain tertimpa musibah.


*Tidak mampu mendoakan kebaikan untuk orang yang sukses.


Jika tanda-tanda ini sudah ada dalam hati kita, maka sudah waktunya untuk muḥāsabah mendalam.


Obat untuk Penyakit Hasad


Islam memberikan terapi hati agar terhindar dari hasad:


1. Memperkuat iman kepada takdir Allah (الإيمان بالقضاء والقدر): meyakini bahwa semua nikmat datang dari Allah dan tidak ada yang salah dalam pembagian-Nya.


2. Bersyukur atas nikmat yang dimiliki (الشكر): orang yang bersyukur akan fokus pada nikmatnya sendiri, bukan pada milik orang lain.


3. Mendoakan kebaikan untuk orang yang didengki: ini merupakan terapi paling ampuh. Iblis paling sakit hati ketika kita justru mendoakan orang yang kita dengki.


4. Menjaga hati dengan dzikir dan muhasabah: karena hasad adalah penyakit yang hanya bisa disembuhkan dari dalam.


5. Menanamkan sifat qana’ah dan ridha terhadap pembagian Allah (الرضا والقناعة): sifat ini membuat hati lapang dan tenang.


Mari Bersihkan Hati dari Hasad


Hasad adalah penyakit batin yang tidak terlihat, namun membahayakan dunia dan akhirat. 


Dengki atau hasad memakan amal, memutuskan persaudaraan, dan merusak kebahagiaan. 


Jangan biarkan hati kita menjadi ladang kebencian. Jadikan hati sebagai taman syukur yang subur.


Jika kita ingin bahagia, jangan sibuk mengintip nikmat orang lain, tapi sibuklah mengelola dan mensyukuri nikmat yang Allah titipkan kepada kita. Sebab sesungguhnya:

وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ

“Dan di langit terdapat rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu.”

(QS. Adz-Dzariuat [51]: 22)


Semoga Allah membersihkan hati kita dari segala penyakit, dan menjadikannya bening seperti telaga, luas seperti samudera, dan hangat seperti cahaya.# Wallahu A’lam Bisshawab