Gambar DAWUD BIN MAKHALA: Untuk Apakah Kalian Mempelajari Ilmu?


Sang syekh mengungkapkan: Para ulama tidaklah mempelajari ilmu supaya : mereka dimaksumi. 

Tetapi, mereka mempelajari (ilmuJtak lain supaya mereka dirahmati. 

Mereka pun belajar bukanlah untuk membentengi diri dengan ilmu mereka dari berbagai takdir. 

Tetapi, mereka belajar filmuj tak lain untuk lari kepada Allah Taala dengan berlindung dan butuh. 

Sang syekh menunjukkan kepada kita hakikat ilmu, bukan kulitnya. 

Seakan-akan dia berkata kepada para penuntut ilmu: , *“Janganlah kalian kira bahwa para ularna mempelajari ilmu agar ilmu menjaga mereka dari kejatuhan dalam berbagai ketergelinciran., Sesungguhnya Allah Taala Maha Berkuasa atas keputusan-Nya dan tidak ada tempat lari bagi seorang pun dari keputusan Allah. 
Akan tetapi, para ulama mempelajari ilmu agar mereka mengenal Allah. 

Agar mereka mengenal bahwa Allah adalah Satu-satunya tempat berlindung mereka yang bisa mereka tuju dalam segala keadaan mereka: 

Tidak ada yang dapat menjelaskan perkataan tersebur lebih baik daripada kisah Naj muddin Kubra yang telah mendapat keberuntungan mati syahid di tangan bangsa Mongol di Khawarizm pada serbuan pertama Mongol ke dunia Islam. 

Najmuddin sebenarnya telah mendapat kabar tentang apa yang akan terjadi dan telah diminta oleh sejumlah sahabat dan muridnya untuk pergi bersama mereka dari Khawarizm, dan sudah biasa mereka memintanya untuk pergi bersama mereka. 

Ia justru mengabari mereka bahwa ia akan terbu nuh di tangan pasukan Mongol dan darahnya serta de rah fulan dan fulan akan ditumpahkan. 

Setelah memerintahkan para sahabatnya untuk ke luar dari Khawarizm, ia tetap tinggal di sana bersam segelintir orang untuk menyongsong gadha yang tela ditetapkan, 

Dan, alangkah cepatnya pasukan Mongol datar lalu dikatakanlah kepadanya, *“Raja Tartar telah menginjakkan kakinya di Khawarizm 
Ia berujar, *“Ia akan benar-benar memasukinya dan akan menebas leher ini-—-sambil menunjuk ke lehernya—serta leher fulan dan fulan serta sepertiga penduduk negeri. Pena (takdir) telah kering dengan segala yang terjadi." 

Manakala pasukan itu menyerbu negeri, sang syekh berseru kepada para sahabatnya, “Al-Shalatu jamiah, a-shalatu jamiah (shalat berjamaah, shalat berjamaah)” 

Para sahabatnya pun berkumpul, lalu ia berkata kepada mereka, “Ayo kita terbunuh di jalan Allah”

Ia lalu masuk ke rumahnya dan memakai potongan kain gurunya. Ia lalu menyerang musuh dengan melempari mereka dengan batu, sementara musuh melemparinya dengan anak panah. 

Sebuah anak panah lalu menancap di dadanya. 1 Ia cabut anak panah itu dan dilemparnya anak panah itu ke udara, : 

Darah pun mengalir dan ia malah menari-nari serte berputar-putar dalam kemabukan yang hebat sambil berujar, “Jika Kaumau, bunuhlah aku dengan persambungan atau dengan perpisahan” 
Dikutip dari kitab Min Ma'arif al-Sadah al-Shufiyyah karya Syekh Muhammad Khalid Tsabit...