Gambar DAGING PANGGANG YANG TIDAK BISA DIMAKAN

Salah seorang ulama menuturkan kisahnya saat bersama rekan-rekannya. Suatu ketika kami membeli seekor domba panggang dari seorang tetangga untuk dimakan. Akan tetapi, tidak lama kemudian datanglah seorang fakir ke tempat kami, Kami lantas mengajaknya bersantap bersama. 

Di tengah perjamuan, fakir itu mengambil sepotong makanan dan memakannya, tetapi kemudian dia langsung menyepahkan makanan itu dan beranjak meninggalkanku seraya berkata, “Ada sesuatu yang menghalangiku untuk memakannya.” 

Kami berkata kepadanya, “Kami tidak akan melanjutkan makan sampai engkau kembali lagi.” 

Fakir itu berkata, “Aku tidak bisa memakannya lagi, Kalian masih bisa melanjutkannya.” 

Lelaki fakir itu tetap pergi meninggalkan kami. 

Setelah ia, kami benar-benar menjadi tidak berselera makan. 

Salah seorang dari kami lalu berkata, “Bagaimana jika kita panggil orang yang memanggang domba ini, lalu kita tanya asalusul domba ini. Siapa tahu dia akan memberi tahu kita tentang sesuatu yang buruk.”

Akhirnya kami memanggil tetangga yang menjual daging panggang itu. Kami lalu menanyainya tentang daging itu. Setelah kami mendesaknya, akhirnya dia berkata bahwa sebenarnya daging domba itu adalah daging bangkai. Akan tetapi, dia tetap menjualnya supaya mendapatkan uang. Setelah mendengar jawaban itu, daging domba panggang itu pun kami berikan kepada anjing. 

Beberapa hari setelah peristiwa tersebut, kami berjumpa lagi dengan orang fakir itu. Kami pun bertanya kepadanya tentang alasannya menolak memakan daging kala itu dan apa sebenarnya yang membuatnya tidak melanjutkan makan. | 

Ia menjawab, “Demi Allah, selama bertahun-tahun nafsuku tidak pernah menyuruhku makan. Namun, ketika kalian menyuguhkan daging panggang itu, tiba-tiba nafsuku mendorongku kuat sekali untuk memakannya. Dari situ aku yakin bahwa pasti ada sesuatu yang tidak beres pada daging itu sehingga akhirnya aku menolak menyantapnya.” 

“Wahai saudaraku,” kata sang ulama, “perhatikanlah betapa hebat perlindungan Allah swt. terhadap hamba-hamba-Nya.” 
Dikutip dari kitab An-Nawadir karya Syekh Syihabddin Al-Qalyubi...