Gambar ”BEST PRACTICE: Kombinasi Ihsan, Itqan, dan Manfaat Universal


Dalam setiap aspek kehidupan, manusia senantiasa mencari cara terbaik untuk menyelesaikan masalah, mencapai tujuan, dan menciptakan perubahan yang bermakna. 

Konsep ini dikenal sebagai best practice atau praktik terbaik, yang merujuk pada langkah-langkah efektif, efisien, dan inovatif yang telah terbukti memberikan hasil optimal. 

Dalam dunia pendidikan, praktik terbaik sering kali menjadi refleksi dari kreativitas dan inovasi pendidik serta tenaga kependidikan dalam menghadapi tantangan, meningkatkan mutu pembelajaran, dan memberikan solusi atas permasalahan yang kompleks.

Islam sebagai agama rahmat menekankan pentingnya usaha terbaik dalam setiap amal perbuatan. Allah SWT berfirman:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
"Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya." (QS. Al-Mulk: 2)

Ayat ini menegaskan bahwa kualitas amal, bukan sekadar kuantitasnya, menjadi tolok ukur kesuksesan manusia di hadapan Allah. Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya memberi manfaat sebesar-besarnya kepada orang lain:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad)

Dalam konteks ini, menjadi the best practice tidak hanya melibatkan keberhasilan duniawi, tetapi juga keberkahan dan keberlanjutan amal yang berdampak luas bagi masyarakat. 

Artikel ini bertujuan untuk menggali konsep praktik terbaik dari sudut pandang Islam, menganalisis nilai filosofisnya, serta memberikan landasan solutif berdasarkan Al-Qur'an, hadis, dan pandangan ulama.

Dengan demikian, pembahasan ini diharapkan dapat memberikan panduan holistik dan inspiratif bagi individu dan organisasi dalam menciptakan solusi terbaik yang tidak hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga bernilai di akhirat.

”Best Practice" dalam Perspektif Islam

Konsep best practice dalam Islam bukan hanya sekadar penerapan metode atau cara terbaik dalam kehidupan duniawi, tetapi mencakup integrasi nilai-nilai spiritual, moral, dan profesionalisme. 

Dalam perspektif Islam, best practice melibatkan elemen-elemen kunci seperti ihsan (kesempurnaan amal), itqan (profesionalisme), tawakkal (ketergantungan kepada Allah), kreativitas dalam ijtihad, serta konsistensi dalam amal. Semua ini berakar pada ajaran Al-Qur'an, sunnah Nabi, dan pandangan sahabat serta ulama.

1. Ihsan (Kesempurnaan Amal)

Secara bahasa, ihsan berarti "melakukan sesuatu dengan sempurna dan indah." Dalam istilah syariat, ihsan berarti beribadah seakan-akan melihat Allah, atau setidaknya menyadari bahwa Allah melihat kita. Ihsan adalah landasan amal terbaik, baik dalam ibadah maupun muamalah.
Allah SWT berfirman:
وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
"Dan berbuat baiklah (ihsan), sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al-Baqarah: 195)

Ayat ini menekankan pentingnya melakukan amal dengan kualitas terbaik. Ihsan tidak hanya terbatas pada hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga mencakup interaksi dengan sesama manusia dan alam. Allah mencintai orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berbuat baik, baik dalam skala individu maupun sosial.
Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
"Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan atas segala sesuatu."
(HR. Muslim)

Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa ihsan adalah puncak dari akhlak mulia, yang mencakup keikhlasan niat, kesungguhan dalam amal, dan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

2. Itqan (Profesionalisme dalam Amal)

Itqan berarti melakukan pekerjaan dengan sempurna, teliti, dan terencana. Dalam Islam, itqan adalah bentuk tanggung jawab moral dan spiritual untuk memberikan hasil terbaik.
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
"Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang, apabila bekerja, ia melakukannya dengan itqan (profesionalisme)."
(HR. Thabrani)

Hadis ini menegaskan bahwa bekerja dengan itqan adalah salah satu bentuk ibadah. Amal yang dilakukan asal-asalan tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga mencerminkan ketidaktanggungjawaban terhadap amanah yang diberikan Allah.

Ali bin Abi Thalib RA berkata:

قِيمَةُ كُلِّ امْرِئٍ مَا يُحْسِنُهُ
"Nilai seseorang terletak pada apa yang ia lakukan dengan baik."

3. Tawakkal (Ketergantungan kepada Allah)

Keseimbangan Antara Usaha dan Tawakkal
Best practice dalam Islam tidak hanya mengandalkan kemampuan manusia, tetapi juga melibatkan tawakkal, yaitu berserah diri kepada Allah setelah berusaha maksimal.
Allah SWT berfirman:
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
"Maka apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah."
(QS. Ali Imran: 159)

Ayat ini mengajarkan keseimbangan antara usaha (ikhtiar) dan tawakkal. Setiap amal terbaik harus diiringi dengan keyakinan bahwa hasil akhirnya ada di tangan Allah.
Rasulullah SAW bersabda:

اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ
"Ikatlah untamu, kemudian bertawakallah kepada Allah."
(HR. Tirmidzi)

Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa menjelaskan bahwa tawakkal adalah sikap aktif, bukan pasif. Tawakkal yang benar melibatkan usaha maksimal dan keyakinan penuh kepada Allah.

4. Kreativitas dan Inovasi dalam Ijtihad

Islam mendorong inovasi yang berlandaskan syariat untuk kemaslahatan umat. Kisah Nabi Yusuf AS dalam Al-Qur'an adalah contoh nyata inovasi dalam menghadapi tantangan.
Allah SWT berfirman:

قَالَ تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا...
"Nabi Yusuf berkata: 'Kamu bercocok tanam selama tujuh tahun berturut-turut...'"
(QS. Yusuf: 47)

Kisah ini menunjukkan pentingnya perencanaan jangka panjang dan inovasi dalam menghadapi situasi sulit. Nabi Yusuf menggunakan kreativitasnya untuk menyelamatkan Mesir dari krisis pangan.

Imam Asy-Syafi’i dalam Ar-Risalah menekankan bahwa kreativitas yang sesuai syariat adalah bagian dari ijtihad untuk menemukan solusi bagi kebutuhan zaman.

5. Konsistensi dalam Amal (Istiqamah)

Rasulullah SAW bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
"Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Konsistensi dalam amal mencerminkan keimanan yang kokoh. Amal kecil yang dilakukan secara berkesinambungan akan memberikan dampak besar baik bagi individu maupun masyarakat.

Umar bin Khattab RA berkata:
أَحْسِنْ فِي مَا بَقِيَ لَكَ يُغْفَرُ لَكَ مَا مَضَى
"Perbaikilah amalmu di sisa umurmu, maka kesalahanmu di masa lalu akan diampuni."

Sehingga dengan demikian , Konsep best practice dalam Islam adalah panduan holistik yang mencakup dimensi spiritual, moral, dan teknis. Untuk mewujudkan best practice, umat Islam perlu:

1. Mengamalkan Ihsan dalam segala aspek kehidupan.

2. Menjunjung Itqan dalam pekerjaan untuk hasil terbaik.

3. Menggabungkan Ikhtiar dan Tawakkal agar amal diberkahi.

4. Berinovasi dengan tetap berpegang pada syariat.

5. Menjaga Konsistensi Amal agar memberikan dampak berkelanjutan.

Dengan menerapkan nilai-nilai ini, umat Islam tidak hanya akan mencapai kesuksesan duniawi tetapi juga keberkahan ukhrawi.

Penutup dan Kesimpulan

Dalam kehidupan pribadi maupun profesional, menjadi the best practice adalah sebuah perjalanan menuju kesempurnaan amal yang didasarkan pada usaha terbaik, kreativitas, inovasi, dan manfaat yang luas. 

Dalam Islam, konsep ini selaras dengan ajaran Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad SAW, yang menekankan pentingnya amal shalih yang tidak hanya baik secara teknis, tetapi juga penuh keberkahan dan bermanfaat bagi umat manusia.Allah SWT berfirman:
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
"Berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan." (QS. Al-Baqarah: 148)

Hadis Rasulullah SAW juga menegaskan:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
"Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang ketika melakukan suatu pekerjaan, ia melakukannya dengan sebaik-baiknya." (HR. Al-Baihaqi)

Praktik terbaik bukan hanya langkah besar yang revolusioner, tetapi sering kali merupakan rangkaian langkah kecil yang berkelanjutan dan berfokus pada solusi praktis. 

Hal ini mencerminkan nilai Islam yang menekankan keseimbangan antara proses dan hasil, antara upaya duniawi dan tujuan akhirat.

Kesimpulannya, menjadi the best practice adalah komitmen untuk terus memperbaiki diri dan memberikan kontribusi terbaik di setiap aspek kehidupan. 

Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip Islam, inovasi kreatif, dan pendekatan yang efisien, setiap individu dapat menciptakan dampak positif yang berkelanjutan, baik untuk dirinya sendiri, lingkungan, maupun generasi mendatang.

Semoga pembahasan ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk selalu berusaha lebih baik, berkarya lebih bermakna, dan beramal lebih ikhlas demi kebermanfaatan dunia dan akhirat. #Wallahu a’lam bish-shawab.