Setiap hari kita melihat orang-orang menjalani pekerjaanya dengan penuh kesibukan. Pertanyaanya: mengapa manusia bekerja? Apakah hanya untuk bertahan hidup, mengisi waktu, atau mengumpulkan materi sebanyak mungkin? Ataukah bekerja memiliki makna lebih dalam -- berkaitan dengan pertumbuhan jiwa, menjalani takdir, dan ujian ilahiah?
Binatang-binatang di alam bebas juga sibuk mencari makanan. Namun manusia berbeda karena diberi kelebihan yaitu akal untuk berpikir, menganalisis, dan berinovasi; hati untuk merasakan dan menemukan tujuan hidup; tubuh jasmani serta segala kelengkapannya untuk bekerja dan berkarya bagi sesama. Maka, bekerja bagi manusia beriman bukan hanya untuk mendapat gaji dan karier tapi juga pengabdian kepada Tuhan.
Al-Quran menyebut bekerja sebagai amanah duniawi dan ukhrawi. Allah berfirman: “Dan berkata, "Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. At-Taubah: 105). Aspek spiritual dari pekerjaan bahwa setiap aktivitas manusia, apa pun itu, tidak luput dari pengawasan Tuhan. Pekerjaan bukan hanya aktivitas mencari harta, tetapi ladang amal, kejujuran dan kesungguhan seseorang menjalani hidup.
Di dunia yang tengah mengagungkan materi dan mesin cerdas (AI), manusia terkadang melupakan dimensi ruhaniah dari bekerja. Manusia berada dalam sistem dan melupakan makna dari apa yang dikerjakan. Setiap pekerjaan yang dilakukan dengan ikhlas dan kesungguhan sebaagai khalifah di bumi, mengandung nilai ilahiah yaitu ibadah kepada Allah. Seorang pedagang yang jujur, dosen yang mengajar dengan sungguh-sungguh, atau pejabat yang amanah --- semuanya bernilai ibadah di sisi Tuhan sebagai ibadah ghairu mahdhah atau ibadah umum, sebagaimana ibadah ritual seperti shalat dan puasa disebut ibadah mahdhah atau ibadah khusus yang telah ditetapkan secara syariah.
Bekerja juga merupakan ujian. Ada yang bekerja dengan penghasilan pas-pasan, ada juga yang bercukupan dan banyak harta. Allah mengatur dan memberi rejeki sesuai pengaturan-Nya. Di sinilah rahasia hidup ditemukan. Rezeki bukan semata-mata hasil kerja fisik, jiwa dan hati, juga ada rahasia kehendak Ilahi. Bekerja sungguh-sungguh atau profesional adalah kewajiban manusia namun hasil dari pekerjaan itu merupakan takdir Allah.
Pekerjaan yang baik sesuai dengan potensi diri. Kenalilah bakat dan kemampuanmu. Dalam kerja keras dan kesabaran manusia mendapatkan kebaikan. Belajar ikhlas dalam setiap proses. Setiap keberhasilan diikuti terima kasih. Bekerja bukan hanya menjadikan seseorang menjadi lebih pintar dan terampil, tapi juga jiwa semakin tenang, hati semakin bersih, semakin bermanfaat bagi sesama, dan semakin dekat kepada Allah. Wallahu a'lam…. (MAA)