Dari kisah-kisah yang telah lewat tampak sudah betapa Nabi kita ini sangat lembut dan santun, jauh dari gaya gaya feodal. Kelembutan pribadi agung itu laksanama, air yang tak pernah kering, bagaikan bunga yang tetap segar, atau emas yang tak kenal karat atau lapuk dala, keadaan apa pun. Kesalahan bahkan kenakalan sebagian sahabatnya seringkali dibayar lebih dengan senyumnya yang selalu renyah dan indah.
Ini adalah Abdullah al-Himar. Dijuluki Si Hima karena dia nakal sekali. Walaupun sering dihukum oleh Rasulullah saw. karena mabuk, namun dia juga sering membuat Rasulullah saw. tersenyum.
Suatu hari Abdullah si Himar ini memberi Rasulullah saw. hadiah minyak samin dan madu. Ternyata kedua barang itu didapat dengan cara berutang. Ketika yang punya barang datang menagih utang, Si Himar malah mengajaknya mendatangi Rasulullah saw..
“Ya Rasulullah, tolong dibayar kepada orang ini minyak samin dan madu yang saya berikan itu!” kata Si Himar,
Bagaiamana tanggapan kita seandainya diperlakukan seperti itu? Lalu bagaimana tanggapan Rasulullah saw. menghadapi sahabatnya yang konyol ini? Beliau malah tersenyum legit dan membayarkan utang si Himar itu. Dikutip dari buku Biarkan Hatimu Tertawa oleh Moh Fathor Rois..