Gambar AWAL SAHAL AT-TUSTARI MENEMPUH JALAN SUFI

Disebutkan dalam kitab ar-Risalah bahwa di rumah Abdullah al-Qusyairi terdapat ruangan yang disebut Baitus Siba' (Ruangan finstang Buas). Ruangan itu menjadi tempat bagi binatang buas pendatangi Imam @Ousyairi untuk mendapatkan makan dan gpinum, lalu binatang buas itu pergi lagi ke hutan. 

Sahal menuturkan, *“Di masa permulaanku, aku berwudhu peda hari Jumat, lalu pergi ke masjid, tetapi ternyata masjid sudah penuh dengan orang-orang. Aku pun berbuat tidak sopan denan melangkahi leher para jamaah sampai aku mencapai saf pertama lalu duduk di situ. 
Rupa-rupanya di samping kananku ada seorang pemuda rupawan. Pemuda Itu berkata kepadaku, “Bagaimana kabarmu wahai Sahal?”
“Baik,” jawabku terheran-heran karena tidak tahu bagaimana pemuda Itu bisa mengenalku, Aku berkata, “Ashlahakallah (semoga Allah memperbaiki kendaanmu)." Sesaat kemudian aku ingin buang air kecil!, tetapi aku maju kepada pemuda itu. Selain itu, aku bingung karena mesti melangkahi leher orang banyak agar bisa keluar, sedangkan aku sudah tidak tahan lagi untuk buang air kecil. Di tengah kebingungan Itu, tiba-tiba pemuda rupawan itu menoleh kepadaku dan berbisik, "Apakah engkau Ingin buang air kecil, wahai Sahal?” 

"Ya!”
Dia lalu melepas serban di pundaknya, lalu menutupi tubuhku dengan serban itu seraya berkata kepadaku, "Berdirilah, lalu tunaikan hajatmu, tetapi bersegeralah agar engkau tidak ketinggalan shalat.” Seketika itu juga aku hilang kesadaran, Ketika siuman, aku telah berada di depan sebuah pintu yang terbuka, lalu terdengar ada suara memanggilku, “Masuklah, wahai Sahal, lalu tunaikan hajatmu!” 

Aku memasuki pintu itu. Ternyata yang kumasuki itu adalah sebuah bangunan besar dengan kebun kurma yang bersih di sampingnya. Di situ telah tersedia batang siwak, handuk, dan kamar kecil. Kutanggalkan bajuku, lalu kutunaikan hajatku. Setelah buang air kecil, aku berwudhu, lalu mengeringkannya dengan handuk yang ada di situ. Tiba-tiba saja terdengar suara yang berkata kepadaku, "Wahai Sahal, apakah engkau sudah menunaikan hajatmu?" — Aku menjawab, "Ya, sudah.” 

Pada saat itu, kurasakan pemuda itu melepas serbannya dari tubuhku. Sesaat kemudian, kudapati diriku sedang duduk di tempatku semula tanpa ada seorang pun yang mengetahui semua 
hal yang baru saja kulakukan. Saat itu, aku benar-benar bingung antara percaya dan tidak. 
Beberapa saat setelah itu, seusai shalat, aku membuntuti pemuda itu untuk mencari tahu siapakah dia sebenarnya setelah beberapa lama kuikuti, pemuda itu kulihat memasuki sebuah bangunan besar yang menjadi tempatku buang air kecil tadi. Tiba-tiba pemuda itu menoleh ke arahku dan berkata, “Apakah engkau sudah percaya, wahai Sahal?”

Aku menjawab, “Ya, sudah.” 

Setelah itu, aku mengusap mataku, kemudian membukanya kembali. Pemuda itu telah menghilang tanpa jejak. Semoga Allah meridhainya.

Dikutip dari kitab An-Nawadir karya Syekh Syihabddin Al-Qalyubi