Suatu ketika seorang pegawai terlambat datang bekerja di kantor. Saat atasannya bertanya mengapa ia terlambat? Pegawai tersebut menjawab: “Tadi macet di jalan, pak”. Ia kemudian bercerita mengenai kemacetan panjang dua arah di jembatan sempit yang penuh sesak dengan kendaraan yang ia lewati. Akhirnya sang atasan mengizinkan pegawai tersebut masuk bekerja meski datang terlambat. Jawaban yang disampaikan oleh pegawai tersebut adalah suatu mekanisme pertahanan diri melalui bahasa. Melalui penjelasan yang ia berikan maka ia merasa terbebas dari tekanan atau hukuman karena terlambat. Manusia bertahan hidup bukan hanya melalui senjata, politik atau ekonomi, tapi juga bahasa. Bahkan bahasa sering digunakan sebagai alat ampuh untuk bertahan, berlindung dan menyelamatkan diri.
Seorang koruptor yang disidang di ruang pengadilan berusaha meyakinkan hakim bahwa ia tidak bersalah dengan argumen-argumen mempertahankan diri. Seorang pelanggar lalu lintas, juga menggunakan berbagai alasan ketika diberhentikan oleh polisi. Misalnya, ia tidak pakai helm karena mengaku terburu-buru atau tujuannya hanya dekat dari rumah. Saya biasa melihat beberapa dai yang akan pergi ceramah pada hari Jumat tidak pakai helm hanya mengenakan jas dan pakai kopiah, begitu pula masyarakat yang mau pergi sholat di masjid beberapa tidak pakai helm hanya kopiah atau sorban yang dililit di kepala. Mereka melakukan itu tentu dengan beragam alasan --- yang berusaha membenarkan tindakan yang mereka lakukan.
Teori account and account giving (Littlejohn & Foss, 2022) mengungkapkan bahwa penjelasan atau keterangan (account) merupakan cara untuk menghadapi peristiwa yang tidak biasa. Seseorang akan memberi penjelasan ketika mengalami suatu persoalan yang awalnya dianggap mengganggu sehingga dapat diterima.
Beberapa cara untuk memberi penjelasan atau argumen. Pertama: apologi atau konsesi yaitu meminta maaf dan mengakui kesalahan. Kedua, berdalih yaitu mengaku salah tapi tidak mau bertanggung jawab. Ketiga, justifikasi yaitu mengaku salah dan menerima sebagian tanggung jawab. Keempat, penyangkalan yaitu menolak mengakui kesalahan dan tidak mau bertanggung jawab.
Cara bertahan yang praktis yang banyak digunakan seseorang ketika mendapatkan masalah adalah menunjukkan sebab-sebab eksternal yang tidak dapat dikontrol, tidak disengaja, sebagai penyebabnya sehingga orang lain akan menerima itu sebagai sesuatu yang wajar terjadi. Sebaliknya cara untuk mempromosikan diri adalah menyebut sebab-sebab internal dirinya sebagai penyebab keberhasilan misalnya ia menunjukkan betapa ia telah bekerja keras dan disiplin melaksanakan tugasnya sehingga perusahaanya berhasil.
Begitulah manusia bertahan hidup melalui bahasa. Seseorang bisa menyelamatkan diri ketika terjadi masalah dengan melimpahkan kesalahan kepada eksternal (luar dirinya) dan untuk mempromosikan diri mendapatkan keberhasilan dengan mengakui penyebab itu bersumber dari dirinya (internal). Wallahu a’lam… (MAA)