Abul-Hasan al-Syadzili sedang naik kapal di lautan lalu laut bergejolak.
Tahukah engkau bila laut bergejolak, badai mengamuk, segala sesuatu berubah menjadi kengerian dan kebinasaan, serta yang terlihat adalah bergunung-gunung ombak yang bergemuruh?
Jeritan dan tangisan orang-orang pun lenyap ditelan raungan kengerian dan sambaran kematian.
Namun, Abul-Hasan tidak melihat sedikit pun dari pemandangan ini.
Ada pemandangan lain yang telah memenuhi pendengaran, penglihatan, dan hatinya
Ia lalu berdiri di pinggir kapal dan berseru dengan suaranya: “Wahai laut, jika engkau diperintahkan untuk mendengar dan taat kepadaku, maka anugerah adalah milik Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan, jika engkau diperintahkan bukan untuk itu, maka keputusan adalah milik Allah Yang Mahagagah lagi Mahabijaksana.”
Laut mendengar dan berkata: “Taat, taat, Laut pun tenang dan perjalanan pun nyaman.
Dan, fenomena yang sama ini terulang pada muridnya, Abul-Abbas al-Mursi. Dikutip dari kitab Min Ma'arif al-Sadah al-Sufiyyah karya Syekh Muhammad Khalid Tsabit