Gambar APA KESALAHAN IMAM SYAFI'I?

Para santri sudah biasa menghafal bait Imam Syafi’i ini:

شَكَوتُ إلىَ وَكيعٍ سُوْءَ حِفْظِيْ – فَأَرْشَدَنِيْ إِلَى تَرْكِ الْمَعَاصِيْ –
فَأَخْبَرَنِيْ بِأَنَّ الْعِلمَ نُوْرٌ – وَ نُوْرُ اللّٰهِ لَا يُهْدَى لِلْعَاصِيْ.

“Aku pernah mengadu kepada guruku al-Waki’ tentang buruknya hafalanku. Kemudian beliau memberi pengarahan kepadaku untuk meninggalkan perbuatan dosa. Dan juga mengabarkan bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat dosa”.

Prof KH Saifuddin Zuhri (1 Oktober 1919 – 25 Maret 1986), Menteri Agama RI ke 9 sekitar tahun 1962-1967, pernah mengutip ungkapan Imam Syafi’i dalam salah satu amanatnya di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kiai yang profesor ini juga meminta para mahasiswa selalu bersikap kritis terhadap informasi yang diterimanya.

Saat acara ramah tamah, Abahku, Prof KH Ibrahim Hosen, berbisik kepada sahabatnya yang jadi Menteri Agama ini: “Orasi yang bagus, Kiai. Tapi tadi ada yang bisik-bisik memangnya apa sih kesalahan Imam Syafi’i sampai hafalannya jadi terganggu gitu?”

Kiai Saifuddin Zuhri terperanjat: “Iya yah. Apa kesalahan beliau itu?”

Abah saya kemudian menjawab: “Kabarnya Imam Syafi’i itu punya ‘kelebihan’ yaitu beliau bisa menebak perempuan itu gadis atau janda hanya dari bekas tapak kaki unta yang dinaiki perempuan tersebut. Lantas Imam Syafi’i iseng bercanda membocorkan status perempuan itu ke kawannya yang kemudian membully perempuan itu hingga perempuan itu jadi malu.”

Status sebagai gadis atau janda tentu bukan perkara kriminal. Tapi bagi sebagian pihak ini masalah privasi & kehormatan diri.

Bertahun-tahun kemudian dialog kedua Kiai ini diceritakan ulang oleh Abah saya. Setelah itu Abah menyampaikan pesan yang begitu mendalam masuk ke benak saya. “Jaga kehormatan perempuan di depan publik, meski hanya sekadar bercanda. Tapi sekali kamu mempermalukannya, itu terhitung sebagai dosa maksiat, dan cahaya ilmu dari Allah tak akan masuk ke hatimu.”

Saya kira pesan Imam Waki’ kepada Imam Syafi’i, pesan Kiai Saifuddin Zuhri ke civitas akademika IAIN, dan pesan Abah saya sudah sangat jelas. It sounds loud and clear!

Tabik,

Nadirsyah Hosen