Sejak beberapa hari lalu, saya sudah ingin menulis judul seperti di atas. Setidaknya tulisan ini bisa menjadi pelajaran dan motivasi bagi diri sendiri dan keluarga kecil kami. Jauh sebelum Ramadhan, iklan discount 80% sudah terpajang di bebrapa mal/pertokoan yang berupaya menarik minat pengunjung untuk mengunjungi tempat tersebut. Di awal- awal Ramadhan, suasana jalan di beberapa jalur padat sekitar Makassar, agak lenggang. Namun, beberapa hari dan malam belakangan alhamdulillah suasana jalan sudah mulai ramai dan nampak terjadi sedikit kemacetan di beberapa titik. Ketika kemacetan terjadi, khususnya setelah shalat magrib, mengindikasikan bahwa makin banyak masyarakat yang berbondong- bondong ke masjid untuk menunaikan shalat isya dan tarwih berjamaah. Betapa tidak, bukankah pada malam- malam akhir di Bulan suci Ramadhan, terdapat suatu malam yang lebih mulia daripada seribu bulan, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah swt., dalam Q. S al- Qadr/ 97: 1- 5. Salah seorang Maha Guru dan Maha Terpelajar, Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M. A., menulis empat daftar dan keistimewaan lailatul qadr; 1. Daftar rahmat dan siksaan yang akan diturunkan untuk setahun itu, ditentukan oleh Allah swt., pada malam itu. 2. Daftar tumbuh- tumbuhan dan rezeki akan ditentukan pada malam tersebut 3. Daftar hujan, angin, dan bencana ditentukan pada malam tersebut 4. Daftar ajal juga akan ditetapkan pada malam tersebut. Subhaanallah, betapa dahsyat dan luar biasanya kemuliaan yang diperoleh, ketika seorang hamba memanfaatkan sebaik- baiknya keistimewaan yang terdapat pada malam tersebut. Setelah melewati kemacetan dari beberapa jalur padat di salah satu sudut kota Makassar dan memasuki masjid untuk melaksanakan shalat isya dan tarwih berjamaah, biasanya pengurus masjid berbisik," Beginilah jamaah kami, alhamdulillah masih bertahan beberapa baris, semoga jumlah jamaah sebanyak ini bisa bertahan hingga akhir Ramadhan". Pengurus masjid tersebut melanjutkan," Di awal bulan suci Ramadhan, jamaah masjid kami penuh, bahkan meluber hingga ke halaman masjid". Saya hanya menimpali,"Mungkin jamaah yang tadinya hadir di masjid ini, saat ini sudah pulang kampung, atau mencari masjid lain untuk mencari suasana baru". Pengurus masjid tersebut mengoyangkan kepala sembari berucap," Semoga saja". Usai menunaikan shalat isya dan tarwih berjamaah, saya kembali menusuri jalan yang dilalui sebelumnya, ternyata suasana jalan makin ramai dan padat. Saya kembali berucap, alhamdulillah banyak jamaah yang baru pulang dari menunaikan shalat tarwih berjamaah. Walaupun nampak beberapa kendaraan roda empat dan dua parkir di beberapa bahu jalan yang menghambat lajunya arus kendaraan. Mungkin saja setelah tarwih mereka mampir sejenak di beberapa titik yang menawarkan discount besar- besaran, atau jangan- jangan mereka sudah berada di tempat tersebut sejak beberapa saat yang lalu dan belum sempat menunaikan tarwih di masjid dan akan menunaikannya di rumah. Ataukah setelah itu, mereka sudah tidak sempat lagi menunaikan di rumah saat itu, demi mengejar discount 80%?. Iming- iming, keistimewaan lailatur qadr, terkalahkan oleh discount 80%, dikarenakan memang manusia membutuhkan hasil yang dapat diraih saat itu, dan mengabaikan janji yang lebih baik di hari esok. Dan memang, Allah swt., telah mengingatkan kepada ummat manusia," Kalian (manusia) lebih tertarik pada hasil yang segera diwujudkan, daripada hasil yang pahala dan imbalannya lebih besar di hari esok". Semoga kita termasuk hamba Allah swt., yang mendapatkan kemuliaan pada malam lailatul qadr.
Allah A'lam Makassar, 19 April 2022