Barang siapa ingin ingin bersama Allah, hendaklah ia bersama Allah dalam segala keputusan dan hukum-Nya, mengosongkan batinnya dari segala selain-Nya, menjaga anggota-anggota tubuhnya dari berbagai pelanggaran, serta mengambil sgala sesuatu dengan izin Ilahi dalam rangka ibadah, bukan karena syahwat.
Dengan begitu, ia makan untuk Allah, minum untuk Allah, Menikah untuk Allah, dan bepergian untuk Allah.
Apakah ada “orang yang mampu berbuat itu? Melakukan segala sesuatu untuk Allah, bukan untuk syahwatnya. Allah Taala telah berfirman, “Katakanlah (wahaj Nabi Muhammad): Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” Barang siapa Allah beri taufik, niscaya Allah memudahkan hal itu untuknya dan Allah tambahkan. Jadi, urusan berat-ringannya bergantung pada taufik Allah, bukan kekuatan manusia. 'pabat Para wali Allah tidaklah mengatakan itu untuk membuat kita merasa lemah. Tetapi, untuk menunjukkan kepada kita Siapa Yang Menguasai segala sesuatu. Seolah-olah mereka berkata: "Bergantunglah kepada Allah, segala sesuatu akan mudah untukmu” Dikutip dari kitab Min Ma'arif al-Sadah al-Shufiyyah karya Syekh Muhammad Khalid Tsabit..