Syekh al Nuri berpetuah: Tasawuf bukan Ilmu dan bukan pula perancangan Seandainya tasawuf itu Ilmu, tentu tasawuf dapat diperoleh dengan belajar. Seandainya tawawuf itu rancangan tentu tasawuf dapat diperoleh dengan mujahadah
Tetapi, tasawuf Itu akhlak sebagaimana disabdakan oleh Nabi saw.: “Berakhlaklah dengan akhlak Allah”
Dan, berakhlak dengan suatu akhlak Itu bukanlah suatu ilmu dan bukan pula suatu rancangan.
Begitulah para syekh yang tulus selalu berlaku, Mereka selalu menekankan bahwa tasawuf adalah akhlak.
Al-Junaid Sang Guru Kaum Sufi mengutarakan: |
“Tasawuf seluruhnya adalah akhlak. Barang siapa mengunggulimu dalam akhlak berarti Ia mengunggulimu dalam tasawuf” Sungguh martabat para wali tinggi dengan sebab ketinggian akhlak mereka, bukan dengan sebab ilmu mereka: bukan dengan sebab ibadah mereka, serta bukan pula dengan sebab banyaknya pengikut mereka.
Syekh Abu Sa'id bin Abal-Khair telah mencapai kedudukan tinggi di antara para wali yang diakui oleh seluruh wali, antara lain oleh Imam al-Qusyairi, Imamul-Haramain al-Juwaini, serta para pembesar masa itu. Allah Swt. memberinya anugerah berlimpah yang membuat sebagian wali cemburu kepadanya. Di antara mereka ada orang yang menyangka bisa mencapai martabat Syekh Abi Sa'id dengan amal. Dalam kitab Asrar al-Tauhid fi Magamat al-Syaikh Abi Said ditulis bahwa al-Hakim Muhammad al-Abiwardi bertutur: Di antara kami ada seorang lelaki agung yang zahid, ahli ibadah, serta banyak bermujahadah. Laki-laki ini bercerita:
Aku terus beribadah sepanjang tahun dan aku memohon sungguh-sungguh serta merendahkan diri kepada Allah. Aku meminta kepada-Nya agar Dia memberiku petunjuk tentang kebaikan yang dengan kebaikan ini aku dapat mencapai derajat Syekh Abi Sa'id.
Setelah kuselesaikan setahun dengan pola ibadah dan mujahadah ini, suatu malam aku tertidur. Dalam tidurku itu, aku bermimpi ada suara berkata kepada ku: “Sungguh Syekh Abu Sa'id benar-benar telah. mengamalkan sebuah hadis di antara hadis-hadis Sang Hamba Pilihan saw., sehingga ia mencapai derajat yang kaulihat dan kaudengar itu."
Aku lalu terbangun dari tidurku dan aku lalu melakukan banyak ibadah serta mujahadah selama setahun lagi dengan memohon sungguh-sungguh dan merendahkan diri kepada Allah agar memberitahuku hadis yang telah diamalkan oleh Syekh Abu Sa'id.
Setelah setahun ibadah dan mujahadah lagi, aku bermimpi lagi dalam tidurku ada suara yang berkata kepadaku: "Hadis yang telah diamalkan oleh sang syekh adalah apa yang disabdakan oleh Sang Hamba Pilihan saw.: Sambunglah silaturahmi dengan orang yang memutus silaturahmi denganmu, berilah orang yang tak mau memberimu, dan maafkanlah orang yang menzalimimu?
Aku terbangun dan aku pun mengerti bahwa aku dan orang-orang sepertiku tidaklah layak meminta martabat Syekh Abu Said.
Sudah dua tahun aku benar-benar menekuni ibadah, riadah, serta mujahadah, dan aku hanya mendapatkan hadis yang telah diamalkan oleh sang syekh.
Adapun untuk mengamalkan hadis yang telah diamalkan oleh sang syekh itu, aku tidak sanggup. Dikutip dari kitab Min Ma'arif al-Sadah al-Shufiuyah karya Syekh Muhammad Khalid Tsabit.