Perilaku cerdas tapi licik, perilaku tak pandai terima kasih, haus akan kekuasaan, penghianat kawan seiring, menghalalkan segala cara sering dikaitkan dengan tipikal personaliti  politik ala Sengkuni, sosok Sengkuni representasi perilaku politik yang tak ber etika dan bermartabat sebagaimana banyak dimainkan oleh para politisi di negeri nusantara kerajaan era Astina  dalam kisah Mahabarata kalau tak mau disebut negeri Indonesia. 
          Kisah kudeta Sengkuni yang mau jadi Pati kerajaan  Astina tanpa harus berkeringat atau mendirikan partai di kerajaan Astina adalah perilaku  tak beretika dan sungguh bermoral rendah.
           Tujuan untuk berkuasa atau jadi raja sah saja dalam kondisi normal melalui proses demokrasi dan presedur konstitusi dan perjuangan  yang benar. tapi perilaku ala  Sengkuni yang licik dan lihai memainkan propaganda dan mengintip peluang dalam kesempitan menjadi perilaku patologis yang pandai mempaaatkan  jabatan sebagai kesempatan dalam kesempitan. 
          Perilaku Sengkuni bukan  hanya di era masa lalu  kerajaan Astina yang ahli komunikasi agitasi politik yang terus bermain di sekitar istana Astina tapi di era Indonesia hari ini juga banyak Sengkuni -Sengkuni gaya baru, Perilaku Sengkuni pernah di ceritakan oleh guru sejarah, Sengkuni itu personifikasi dari Politisi busuk yang terus membuat kegaduhan dan kekacauan di muka bumi. Perlaku Sengkuni yang tak pandai terima kasih dan berjiwa penghianat mempermalukan jiwa prajurit dan kehormatan dalam cerita Mahabarata.
            Cerita tentang penghianatan politik di negeri tercinta Indonesia seakan tak ada habis habisnya, dari masa ke masa, dari masa raja raja era feodalisme sampai era oligarki dan kapitalisme selalu hadir dengan wajah berbeda tapi sifatnya yang sama, politik sulit ditebak tapi perilku politik terkadang mudah di tebak, gejala persengkokolan , gejala ambisi meraih jabatan dengan mudah ditafsirkan oleh para analis politik kemana arah akhir ceritanya.
        Perilaku politik yang elegan dan bermartabat  adalah perilaku yang amanah, pandai berterima kasih kepada orang yang pernah memberikan jalan jalan kesuksesan sehingga memiliki prestasi dan sukses.
          Sebab manusia yang tak padai terima kasih kepada orang yang pernah memberikan sesuatu kebaikan kepadanya, maka percaya lah lebih amat sulit lagi bisa bersyukur  kepada Tuhannya sehingga akan dilanda rasa kekuragan dan kegelisahan jiwa yang tak berkesudahan 
         Sebagai akhir dari tulisan ini mengutip satu hadits Rasulullah SAW.dari abu Hurairah ,Nabi  dalam sabdanya  “ Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tak pandai berterima kasih pada manusia (HR.Abu Daud dan Tirmisdzi), maka mari jaga integritas pribadi kita dan amanah sebagai khalifah, jabatan dan harta itu penting tapi jauh lebih penting menjaga amanah Allah yang diberikan kepada manusia untuk menjadi khalifah memberi kedamaian pada sesama dan tidak merampas hak hak milik orang lain menjadi salah  satu kunci kehidupan bahagia dunia dan akhirat. Wslm.