Sesungguhnya persoalan utama atas keberatan LPAS adalah karena Jalaluddin Rachmat bermazhab Syiah. Dalam pandangan LPAS, Syiah adalah paham sesat. Adapun keberatan lainnya adalah muncul kemudian setelah mereka tidak berhasil menggagalkan dengan alasan paham Syiah.

Ketika LPAS menyampaikan keberatannya melalui sekretaris Gubernur dan DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, maka kami telah menjelaskan secara resmi kepada sekretaris Gubernur dan DPRD tentang penerimaan Jalaluddin Rachmat sebagai mahasiswa by research. Selain argumen penerimaan Kang Jalal tersebut di seri I tulisan ini, juga didasarkan pada UUD 45 pasal 31 ayat (1) menyatakan, ”Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.” Demikian klarifikasi kami.

Saya ingin menambahkan jika ada yang mengatasnamakan diri Ust. daerah dengan mudah menyesatkan orang lain yang tidak sepaham, sebaiknya membuka "tempurung" yang menutup kepalanya, membaca pendapat ulama lebih besar di dunia, menelaah risalah Amman untuk memperluas wawasan. Risalah itu menyerukan toleransi dan persatuan umat Islam. Konprensi yang dihadiri 50 negara, termasuk Arab Saudi dan Indonesia. Komperensi yang diikuti para ulama dan cendekiawan Muslim dunia, dilaksanakan di Yordiania pada 27-29 Jumadil Ula 1426 H/4-6 Juli 2005 M). Konperensi  tersebut memutuskan bahwa pengikut Syiah Jafari (Imamiyah yang ada di Iran dan Irak) dan Syiah Zaidi (Zaidiyah), serta empat mazhab fikih Sunni, Mazhab Dzahiri dan Mazhab Ibadi. Mereka semua termasuk Islam. Sedang peserta dari Indonesia adalah almarhum K.H. Hasyin Muzadi (PBNU), Prof. Dr. Din Syamsuddin (PP Muhammadiyah), almarhun Miftah Basyuni (wakil pemerintah). 

Mengetahui surat kami ke Direktur Pendidikan Keagamaan Islam, Kang Jalal mengucapkan terima kasih dan menganggap kami sebagai pahlawan. Sesungguhnya kami hanya melaksanakan kewajiban dengan menjalankan peraturan yang ada dengan adil,
لا شكرا لواجب
kata guru kami Prof. Dr. Harun Nasution. 

Izinkan saya mengutip langsung tulisan Kang Jalal  yang sengaja beliau ekspresikan untuk penerbitan biografi saya yang berjudul, DI HATI PARA SAHABAT dan diberi penganntar Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab M.A. Kang Jalal menulis, saya ringkas sebagai berikut, "Ketika banyak orang (tapi bukan orang banyak) meminta supaya saya dicopot sebagai kandidat doktor dengan alasan mazhab, ketika ijazah master saya diragukan dengan alasan belum disetarakan, ... . Prof. Sewang berdiri mempertahankan kebebasan akademis. Buat saya, ia Galileo, yang ketika dipaksa oleh Inquisisi untuk menyebut bumi berhenti, tetap saja bergumam: Eppur si muove, tokh ia bergerak juga. Buat saya, ia Hujur bin ‘Adi, yang ketika dipaksa untuk melaknat Ali, ia mempersembahkan nyawanya untuk kebenaran. ... . "
Kemudian Kan Jalal mengakhiri tulisannya sebagai berikut, ... "To the world you may be just a teacher, but to your students you are a hero!" 
 
Kang Jalal sesungguhnya menulis itu karena ingin berbuat baik dengan memuji apa yang beliau rasakan dari saya. Namun izinkan juga mengemukan yang saya pahami dari almarhum justru sebaliknya bahwa Kang Jalal telah berusaha berbuat baik dan ingin mewujudkan al-Quran pada dirinya sendiri, seperti pada QS Israk,7:
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ... .
Jika kamu berbuat baik (berarti) berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, ... .
Bagi saya, pahlawan yang sebenarnya adalah Kang Jalal, "He is a true hero." Alasan saya bahwa beliau dengan penuh kesabaran, ketabahan dan bisa menghadapi kelompok intoleran dengan akal sehat.. Beliau bersikap tenang dengan hanya mengatakan, "Mereka telah menolak saya dengan segala cara, namun lebih banyak lagi yang sepakat walau silent mayority yang  menginginkan saya jalan terus. Kemudian Kang Jalal membacakan satu ayat al-Quran, "Dengarlah  pendapat itu semuanya dan pilihlah yang terbaik dan itulah orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah dan mereka itulah orang yang berakal sehat." (QS al-Zumar, 17-18).

Suatu ketika, DPP IMMIM bekerja sama harian Fajar melaksanakan seminar nasional bertempat di Marannu City Hotel. Kang Jalal sengaja diundang dari Bandung sebagai pembicara utama tentang masalah masa depan Islam Indonesia. Beliau berkata begitu banyak caci maki dan fitnah pada sesama muslim, padahal Nabi dalam khotbah Wada berpesan pada tahun ke 10 hijrah. Saat itu Nabi berada di atas unta, beliau menyampaikan khutbah terakhirnya dengan suara lantang yang oleh Husain Haikat menamakannya sebagai khutbah Arafah. Setelah mengucapkan syukur dan puji kepada Allah dengan berhenti pada setiap anak kalimat, Rasulullah saw. berkata: 
أيّهَا النّاس، اسْمَعُوا منّي أُبّينْ لَكُمْ، فَإنّيَ لاَ أَدْرِي، لعَليّ لاَ أَلْقَاكُمْ بَعْدَ عَامي هَذَا، في مَوْقِفي هذا، أَيُهَا النَّاس، إنّ دِمَاءَكُمْ وَأمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَليكُمْ حَرَامٌ إلى أنْ تَلْقَوْا رَبَّكُمْ، كَحُرمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا في شَهْرِ كُمْ هَذَا في بَلَدِكُم هَذَا وإنكم ستلقون ربكم فيسألكم عن أعمالكم وقد بلغت ، فَمَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ أَمَانةٌ فليؤُدِّها إلى مَنْ ائْتمَنَهُ عَلَيها، ... ، 
Wahai manusia sekalian! perhatikanlah kata-kataku ini! Aku tidak tahu, kalau-kalau sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, tidak lagi aku akan bertemu dengan kamu sekalian.
“Saudara-saudara! Bahwasanya darah kamu dan harta-benda kamu sekalian adalah suci buat kamu, seperti hari ini dan bulan ini yang suci sampai datang masanya kamu sekalian menghadap Tuhan, dan pasti kamu akan menghadap-Nya; pada waktu itu kamu dimintai pertanggung-jawaban atas segala perbuatanmu. Ya, aku sudah menyampaikan ini!" 
Barangsiapa telah diserahi amanat, tunaikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya"... .

Waktu menyampaikan pesan ini Kang Jalal diliput koran Harian Fajar secara bersambung. Kang Jalal menambahkan, "Mungkin karena semakin jauh jarak saat khotbah Wada di sampaikan, yaitu 14 abad silam, dengan masa sekarang. Membuat kebanyakan muslim kini melupakan pesan Nabi di atas bahkan yang terjadi justru sebaliknya, saling fitnah satu sama lain padahal menurut Nabi bahwa seorang muslim dengan muslim lainnya adalah yang bisa menyelamatkan sesamanya muslim dari gangguan lidah dan tangannya."

Dengan cara itulah Kang Jalal menghadapi kelompok keras intoleran, beliau sabar, tabah, serta cukup membacakan ayat-ayat al Quran dan menyampaikan pesan Nabi. Karena itu saya berkeyakinan, almarhum-lah sebagai pahlawan sejati, "He is a true hero," sebab pahlawan sejati adalah orang yang mampu menghadapi serangan kelompok intoleran dengan akhlak karimah. Beliau telah mempraktikan buku yang ditulisnya sendiri, "Dahulukan Ahklak di atas Fiqih." Dengan sikap tersebutlah, telah mengantarkan promosi beliau yang dihadiri banyak tokoh pada 15 Januari 2015 berlangsung dalam suasana tentram, aman, dan damai. Tidak ada sedikit pun riak glombang, seperti dikhawatirkan banyak orang, sebab sebelumnya memang terjadi hiruk pikuk. Jadi sekali lagi, pahlawan bukanlah saya sebab saya hanya menjakankan kewajiban agar aturan bisa ditegakkan secara adil. Pahlawan sesungguhnya adalah almarhum, "He is a true hero." Kang Jalal-lah sebagai Galilie dan Hujur bin ‘Adi, karena Kang Jalal dalam menyikapi serangan, cukup dengan sikap moderasi dengan membacakan ayat-ayat al-Quran serta menyampaikan pesan Nabi. Kang Jalal-lah sebagai perintis sikap moderasi di Kampus UIN Alauiddin. Sekarang, sikap moderasi itu baru mulai dicanangkan di kampus yang dijuluki kampus peradaban.
Akhirnya, Selamat jalan Kang Jalal, you are a true hero, engkau telah pergi selamanya dari kegaduhan dunia, menuju kepangkuan Tuhanmu Yang Maha Rahim dengan penuh damai dan mutmainnah. Kami yang masih hidup di dunia ini, hanya bisa berdoa, semoga dalam waktu tidak terlalu lama, lahir lagi Maha Guru Baru, seperti yang engkau cerminkan. Amin, ya Rabbal alamin!

Wassalam,
Makassar, 23 Februari  2021