"Amir bin Rabi'ah menceritakan: Aku melihat “Umar bin al-Khaththab r.a, mengambil seutas jerami dari tanah lalu berujar:
Oh andai saja aku adalah jerami ini
Andai saja aku tidak diciptakan.
Andai saja aku bukan sesuatu pun.
Andai saja ibuku tidak melahirkanku.
Andai saja aku adalah sesuatu yang terlupakan!
“Umar agung yang disegani oleh semua orang, dipersaksikan oleh Rasulullah saw, dan berada pada kebaikan yang agung, apakah yang telah menimpanya sehingga berangan bahwa dirinya tak pernah diciptakan? Dan, begitu pula Abu Bakr, umat yang paling tinggi impiannya dan pemilik berbagai perbuatan mulia yang tak dimiliki oleh orang lain. Siapakah orang yang seperti Abu Bakr atau bahkan mendekati maqamnya?
Ketika Abu Bakr r.a. melihat seekor burung berdiri di atas pohon, ia berkata:
Beruntung engkau, wahai burung. Demi Allah, aku benar-benar ingin menjadi sepertimu: hinggap di pohon, memakan buah, kemudian terbang tanpa ada hisab dan azab untukmu. Demi: Allah, aku benar benar ingin menjadi pohon di pinggir jalan: dilewati unta, lalu ia mengambilku, lalu memasukkanku ke dalam mulutnya, lalu mengunyahku, kemudian menelanku, kemudian mengeluarkanku sebagai kotoran hewan dan aku tidak menjadi apa-apa!
Takut terhadap apakah orang yang Allah sebut dalam kitab agung-Nya bahwa “salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua”?
Dan, ibunda kita, Sayyidah Aisyah Ummul Mukminin r.a., kekasih sang kekasih Tuhan alam semesta, juga pernah berkata: “Andai saja aku adalah sesuatu yang terlupakan!”
Apakah yang mereka takut sampai batas ini?
Sungguh itulah makrifat!
Makrifat kepada Allah dan rasa takut kepada-Nya Yang Mahaagung keagungan-Nya. Bagaimana berdiri di hadapan Sang Maha Penguasa langit dan bumi?!
“Sebagian kecil dari rasa takut dalam kalbu mereka ada pada salah seorang perempuan saleh yang bernama al-Balha.
Seorang penguasa lalim, yaitu “Ubaidullah bin Ziyad menangkapnya dan memerintahkan agar ia dijadikan contoh.
Datanglah algojo si penguasa lalim dengan membawa besi dan tali-temali, Mereka lalu menyalakan api, memotong kedua tangan dan kedua kakinya, serta mencongkel kedua matanya. Tetapi, tidak keluar sedikit pun teriakan bahkan aduhan dari sang perempuan saleh.
Riwayat menyebut: “Ia tidak berucap “ah pun”
Mereka bertanya kepadanya tentang sebab itu lalu ia menjawab, “Kengerian pemandangan yang diperlihatkan membuatku tak merasakan nyerinya besi kalian ini”