Gambar 'ABDUL QADIR AL-JAILANI; Siapakah yang Diberi Sedekah?

Seorang laki-laki kaya di antara para pedagang datang dengan membawa sejumlah harta kepada al-Quthbul-Kabir Syekh “Abdul-Oadir al-Jailani dan bertanya tentang siapa yang harus menerima pemberian hartanya itu, karena laki-laki kaya itu tidak melihat orang yang berhak menerimanya. 

'Sang syekh berkata kepada si laki-laki itu, “Berikanlah harta itu kepada orang yang berhak dan kepada orang yang tidak berhak, niscaya Allah memberimu apa yang berhak kauterima dan apa yarrg tidak berhak kauterima”  

Perhatikanlah fiqih orang-orang rabani (arif)! , 
Sesungguhnya yang dikehendaki dengan sedekah adalah ketundukan nafsu kepada perintah Allah! 
Dan, perintah Allah tidaklah selamanya merupakan hal yang 
disukai dan disenangi oleh nafsu, bahkan sebaliknyalah yang benar: kebanyakan perintah-Nya justru merupakan hal yang tak disukai oleh nafsu. 
Jika engkau tetap bersegera melaksanakan perintah Allah, padahal engkau tidak menyukainya, maka engkau benar-benar telah bersabar sebagai hamba sejati Allah. 
Abu Bakar al-Shiddiq ra. biasa memberi infak kepada Mashtah bin Usatsah r.a. lantaran kekerabatan dan kefakirannya. Tatkala Mashtah menceburkan diri di tempat terceburnya sebagaimana dalam Haditsul-Ifki terhadap ibu kita. Sayyidah Aisyah r.a. sang ibu kaum mukmin dan kekasih sang Rasul Tuhan alam semesta dan Allah menurunkan ayat Al-Qur'an untuk membebaskan Sayyidah Aisyah dari tuduhan,  maka Abu Bakar r.a. berkata Demi Allah, aku tidak akan berinfak lagi padanya selamanya setelah apa yang dikatakannya tentang Aisyah"

 Allah Taala lalu menurunkan ayat: Dan janganlah kejebihan dan kelapangan di antara kalian bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi kepada kerabat, orang-orang miskin, dan orang. ' orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan serta berlapang dada, Apakah kalian tidak suka bila Allah mengampuni kalian? Dan, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Abu Bakr r.a. pun berkata, “Tentu, demi Allah, aku sungguh suka bila Allah mengampuniku!”  
Dan, ia kembali memberi Masthah infak yang bia berikan kepadanya serta berujar, “Demi Allah, selamanya aku tidak akan mencabut infak darinya”
supaya kita tidak menjadikan nafsu kita sebagai tuhan serta mengira bahwa kita tahu dan bahwa kita memberi serta menahan, Rasulullah saw. sampai-sampai bersabda  “Berilah orang yang meminta, walaupun ia datang kepada kalian dengan (naik) kuda? 

Ya Allah, merdekakanlah kami dari penghambaan kepada selain-Mu. ' Dan, wujudkanlah penghambaan kami untuk-Mu belaka. 
Dikutip dari kitab Min Ma'arif al-Sadah al-Shufiyyah karya Syekh Muhammad Khalid Tsabit...