Sesuatu yang sering disembunyikan. Malu untuk terdengarkan Tabu untuk disebutkan. Sfngter ani ditahan erat-erat, demi sopan santun. Ia kerap dianggap aib karena bau yang kurang nyaman. Siapakah dia?
Padahal… di waktu dan tempat yang tepat, Ia justru jadi pertanda yang sangat dinanti.
Siapa yang menantikannya? Pasien pascaoperasi—dan tentu, tim medis yang merawatnya.
Hari ini, kami melakukan visite pada seorang ibu yang baru saja menjalani operasi sesar darurat. Penyebabnya: cephalopelvic disproportion—ukuran kepala bayi yang tak sebanding dengan panggul sang ibu.
Pagi itu, ia mengeluh dengan wajah lelah: “Perut saya kembung, Dok. Rasanya enggak enak banget…”
Perutnya tampak menonjol, seperti hamil tujuh bulan lagi. Skala nyerinya? Lima dari sepuluh. Saat saya mengetuk perutnya (perkusi), terdengar suara kosong yang nyaring: hipertimpani. Tanda khas—gas menumpuk di dalam usus.
Rahimnya sudah mulai berkontraksi dengan baik. Luka operasi aman. Tapi satu hal belum terjadi: Ia belum kentut sejak operasi, lebih dari 24 jam yang lalu.
Kedengarannya sepele. Tapi hanya yang mengalaminya yang tahu: Betapa tersiksanya perut yang penuh gas, tapi tak bisa dikeluarkan.
Ya, setelah operasi besar, usus sering ikut “tertidur”. Geraknya lambat, bahkan mogok sementara. Butuh waktu—dan kadang, perlu bantuan—agar kembali aktif. Agar bisa… kentut (flatus: istilah medis)
Maka segera kami berikan terapi untuk merangsang pergerakan usus. Karena kentut pascaoperasi bukan sekadar angin yang lewat.
Ia adalah tanda. Tanda bahwa usus mulai bangun dari tidur panjangnya. Tanda bahwa tubuh mulai pulih dan kembali bekerja.
Ternyata, kentut bukanlah aib. Ia adalah bagian dari fitrah. Dan hari ini, kentut menjadi sesuatu yang ditunggu, bukan cuma oleh pasien—tapi juga oleh dokter.
Mengeluarkan sesuatu dari tubuh— kentut, buang air kecil maupun besar, keringat, air mata, atau ASI bagi ibu menyusui— semuanya adalah cara tubuh membersihkan dan menyeimbangkan dirinya.
Begitu pula dengan harta. Ia juga perlu dikeluarkan: Lewat zakat, infak, dan sedekah.
Allah Ta’ala berfirman:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka…” (QS. At-Taubah: 103)
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR. Muslim)
Maka jangan malu saat kamu kentut. Dan jangan gengsi saat kamu bersedekah. Keduanya adalah bentuk pembersihan—bagi tubuh dan jiwa.
InsyaAllah, Jika yang semestinya keluar kita lepaskan dengan ikhlas, Maka yang tertinggal akan menjadi berkah.