Di pagi yang seolah berbisik dengan rahasia alam, ketika kabut tipis merayap di relung-langit dan embun merangkai pesona di rerumputan, Andii Mulia Suarda, sosok yang menjadi cahaya dalam kegelapan, mulai meniti perjalanan keabadian. Pukul 06:20 pada 21 Januari 2024, langit mendung bersaksi atas langkahnya yang melintasi perbatasan dunia, merambah menuju alam yang kekal.
Andi Mulia, perempuan yang menari di atas panggung berbagai organisasi dakwah, lahir pada 01 Mei 1971, dan menjadi pendamping setia bagi suaminya, Dr. Andi Suarda, seorang dosen dan peneliti yang meresapi kehidupan dengan inspirasi melalui berbagai organisasi. Ia adalah nyanyian kebenaran yang tak hanya terdengar dalam kata-kata, melainkan terukir dalam setiap aksi kehidupannya.
Ibu Andi Mulia, bunga kesabaran tanpa duri, membuka lembaran kisah tanpa musuh. Senyumnya, seteliti madu yang meresap ke jiwa, selalu berkibar dalam senyum persaudaraan setiap kali menyapa. Dalam keakrabannya dengan masjid, dia menyatu dengan suara azan dan keheningan doa, menciptakan harmoni dan kebaikan.
Usianya yang telah mencapai dekade kelima tak pernah meredupkan semangatnya. Tiga cucunya, tumbuh dalam pelukan kasih dan keteladanan, menjadi serunai cahaya dalam rumahnya yang diwarnai oleh riang dan keceriaan. Dididik dengan semangat agama yang kuat, mereka adalah pewaris kebijaksanaan dalam perjalanan panjang hidup Ibu Andii.
Kepergiannya bukan sekadar perpisahan, tetapi sebuah perjalanan menuju abadi. Suaminya, dengan ridho dan kenangan yang mengalir seperti sungai waktu, menyaksikan langkahnya yang melunak dalam esensi kekekalan. Andii Mulia Suarda, sebagai istri yang setia dan ibu tanpa cela, telah membangun rumah tangga sebagai karya seni cinta yang memancar hingga ke alam keabadian.
Kenangan bersama suami adalah puisi puitis yang tak lekang oleh waktu, terpahat dalam setiap senja yang menghadirkan kerinduan. Cerita cinta mereka, seperti irama musim semi, menari dengan warna kehangatan yang memikat. Rindu terhadap kepergian Andii Mulia Suarda, bukan sekadar kerinduan, melainkan panggilan untuk terus merayakan kebaikan yang ditinggalkannya.
Dalam senja yang membawa kerinduan dan kenangan, di sana, di antara serpihan petang yang mengalun dengan sunyi, tercipta sebuah sajak perpisahan. Andii Mulia Suarda, perempuan dakwah yang menyulam keindahan di setiap serpihan kisah, melangkah tulus ke dalam alam abadi, membiarkan pesan cintanya berpadu dalam nada keabadian. Suaminya, dengan ridho dan ketenangan yang tercermin di rona wajahnya, menjadi kisah kebahagiaan yang merajut indah di keabadian surga.
Selamat jalan Andi Mulia Suarda dialam keabadian jejak langkahmu mewariskan berjuta kebaikan . Semoga engkau bahagia dan tenang disana sebagai buah karya amal semasa hidupmu.