Gambar rokok-dan-kejantanan-reproduksi-0525.jpeg

“Dok, kami sudah lima tahun menikah, tapi garis dua tak kunjung tiba.”
Begitu keluh pasangan muda yang datang ke ruang praktikku sore itu. Wajah mereka penuh harap. Hari itu mereka adalah pasien terakhir.
Sang istri berusia 30 tahun, sang suami 32. Masih muda, masih subur—setidaknya secara teori peluang hamil masih cukup besar.

Lalu sang istri membuka suara dengan lirih,
“Kami sudah usaha macam-macam, dok. Minum jamu pahit, makan rebusan daun aneh, sampai pijat ke Mak Peyot yang katanya bisa 'buka rahim'. Tapi hasilnya… nihil.”
Aku tersenyum simpul. Mak Peyot sepertinya lebih populer dari dokter kandungan
Lalu aku menoleh ke suaminya. Ia tampak diam. Tapi aku mencium sesuatu… bukan aroma cinta, tapi aroma nikotin.
“Maaf, Bapak Merokok?”
Dia tersenyum malu. “Iya dok, sejak kuliah.”
Aku menghela napas. Dan di sinilah drama dimulai.
“Pak, Bapak tahu nggak… rokok itu salah satu penyebab utama kemandulan pada pria?”

Dia melongo. Istrinya menoleh tajam. Maka, mari kita bicara fakta. Apa kata penelitian?

Sebuah studi dari Kumar et al., 2015 dalam Asian Journal of Andrology menemukan bahwa jumlah sperma pada perokok aktif 23% lebih rendah dibandingkan non-perokok.
Jadi rokok membuat sperma encer, sperma mager (malas gerak) , sperma rusak.

Studi lain dari Sharma et al., 2016 di jurnal Reproductive Biology and Endocrinology menunjukkan bahwa perokok memiliki tingkat fragmentasi DNA sperma yang jauh lebih tinggi, meningkatkan risiko kegagalan pembuahan dan keguguran.

WHO (2021) menyebutkan bahwa rokok menurunkan peluang kehamilan alami hingga 30%, dan menurunkan keberhasilan program IVF (bayi tabung).

Rokok bukan cuma soal sperma.
Rokok juga berdampak ke hal lain yg cukup menyeramkan buat kaum adam. 
Rokok menurunkan hormon testosteron, bikin libido loyo alias gampang lowbat;  merusak pembuluh darah kecil, menyebabkan disfungsi ereksi.

Rokok membuat pria terlihat "jantan berasap" seperti di iklan tivi,  padahal organ reproduksinya diam-diam sekarat dan berkarat.

Kejantanan itu bukan dari jumlah asap yang dihembuskan, tapi dari kesanggupan menjaga amanah tubuh dan keluarga

Sang istri tiba2 interupsi bertanya, "Dok, apakah saya juga terancam karena suami saya merokok?"
Ya Bu, walau tidak merokok, tapi tidur sekasur  dan berinteraksi dengan perokok, tetap dapat jatah asap. Namanya: perokok pasif. Dan efeknya nyata:
Risiko infertilitas meningkat hingga 30%;
Risiko keguguran spontan dan kehamilan ektopik naik;
Risiko gangguan plasenta, bayi prematur, dan berat lahir rendah;
Paparan jangka panjang juga meningkatkan risiko kanker serviks (kanker mulut rahim)

---

Aku menatap sang suami dan berkata pelan,
“Kalau Bapak benar-benar ingin punya anak, maka hal pertama yang perlu dikorbankan… adalah rokok. Bukan untuk saya. Tapi untuk istri Bapak. Dan untuk anak yang sedang kalian doakan bersama.”

Ia menunduk. Istrinya memegang tangannya.
Dan disitulah, aku tahu perjuangan mereka bisa dimulai lagi—dari titik yang lebih bersih , mulai dari nol seperti kata petugas spbu 
---
Merokok bukan tanda kejantanan. Tapi tanda kebingungan.
Yang benar-benar jantan adalah yang bisa memilih: cinta sejati atau asap sesaat.

---
31 Mei – Hari Tanpa Tembakau Sedunia

Hari ini, 31 Mei, dunia memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
Hari dimana kita semua diingatkan bahwa:

Tembakau membunuh lebih dari 8 juta orang per tahun.
Tembakau membakar masa depan, bukan hanya paru-paru.

Jika hari ini kamu masih merokok, jadikan ini titik balikmu.
Karena berhenti merokok bukan hanya keputusan medis. Tapi pernyataan cinta—untuk tubuhmu, pasanganmu, dan anak-anakmu yang belum lahir.

Selamat Hari Tanpa Tembakau Sedunia

Mari hidup lebih bersih, lebih sehat, dan lebih siap menyambut kehidupan baru—tanpa asap