Hari ini tepat dua tahun menjalani tugas tambahan sebagai Rektor UIN Alauddin. Waktu dua tahun menjadi penanda terbaik untuk mengecek ke belakang dan merancang sisa waktu ke depan, karena dua tahun adalah belahan tengah dari perjalanan waktu mengemban tugas ini. 
Pancacita adalah arah, cita, atau obsesi sekaligus menjadi indikator kinerja kami, baik secara akademik maupun non-akademik. 

Yang pertama dan utama yang ingin kami hamparkan adalah tali bentangan terima kasih kepada seluruh pimpinan, dosen, dan tenaga kependidikan dengan kontribusinya terhadap seluruh pencapaian kita. Kami juga berterima kasih tak terhingga terhadap ketabahan kita semua, khususnya kepada dosen dan mahasiswa dalam menjalani pembelajaran masa pandemi ini tentu dengan segala dinamikanya. 

Menikmati Defenisi Peradaban
Secara  fisik dan infrastruktur,  kita yakin sudah berada pada titik optimisme bahwa kita berhasil berbenah. Kita optimis untuk sampai pada defenisi peradaban yang sudah lama kita dengungkan; peradaban Islam tentang keasrian, kebersihan, atau ketertataan. Bukan hanya warga kampus yang optimis, tapi mereka dari luar yang datang ikut menikmati keindahan hasil jerih payah kita bersama. Jalan raya kampus yang sejak dibukanya Kampus Samata berhasil kita bangun kembali dengan lingkar total yang hampir mencapai 4 Km. 

Saya sendiri merasakan detak sinergitas warga kampus untuk sampai pada pembenahan infrastruktur kampus, khususnya saat warga kampus merasa wajib turun langsung ikut mengambil bagian. Saat Masjid Agung kita membutuhkan uluran tangan bersama untuk dilanjutkan pembangunannya, saya begitu takjub melihat betapa warga kampus memberikan support  secara maksimal. Dan secara perlahan, hasilnya sangat menggembirakan. Ada optimisme kuat untuk memakmurkannya  pada akhir tahun ini. 

Menguatkan Peradaban Akademik
Kita pastinya terus berbenah pada penguatan Bidang Akademik. Disamping jumlah yang terakreditasi A  terus bertambah, kita mulai bergerak untuk menghadirkan prodi yang terakreditasi internasional. kita berusaha terus merawat motivasi untuk membangun jati diri intelektualitas para dosen. Kita berusaha menggenjot jurnal untuk menuju akreditasi internasional. Kita telah selesai dari sisi  jumlah jurnal yang terakreditasi, tugas kita adalah meningkatkan kualitas akreditasinya. Penulisan jurnal yang terindeks scopus juga kita genjot dengan memberikan apresiasi bagi penulisnya. 

Secara jumlah sekali lagi terus meningkat, tapi harapan kita adalah hadirnya tulisan yang bereputasi yang lebih banyak lagi karena kita sudah memiliki jumlah dosen-dosen muda yang melimpah dengan kapasitas meneliti yang lebih mumpuni. Kita hanya perlu memproduksi sistem yang lebih menguatkan obsesi tersebut. Kita juga menggugah orisinalitas karya  dengan cara memberlakukan Aplikasi Turnitin pada setiap program penulisan kita untuk mencegah lahirnya tradisi plagiasi yang sering dianggap "dosa besar" dalam tradisi akademik. 

Memperkuat Literasi Data
Pembenahan pendataan juga terus dipacu yang menjadi bagian integral untuk menata pengelolaan administrasi universitas. Bidang akademik universitas sekarang ini secara terjadwal duduk bersama dengan Fakultas dan Pasca untuk menyempurnakan pendataan mahasiswa di tingkat Prodi, sekaligus untuk memastikan jumlah yang berada di atas masa normal studi.  Tujuannya membantu Prodi untuk mendorong mahasiswa dalam situasi ini agar berakselerasi dalam penyelesaikan studi mereka dengan menghindarkan mereka membuang banyak semester tambahan. Langkah Bidang Akademik ini adalah cara penyelesaian yang lebih bijak, di samping untuk kepentingan perbaikan poin akreditasi Prodi, yang tidak kalah pentingnya adalah membantu orang tua mereka bukan saja meringankan beban pembayaran, tetapi  menyelesaikan studi anak-anak mereka. 

Pada dua tahun kepemimpinan ini kita memang terus membenahi apa yang menjadi spesifikasi atau jualan kita ke depan. Rumah Sakit Pendidikan adalah salah satu primadona kita. Kita berharap secepatnya penyelesaian pembangunan gedungnya, dan saat ini segala daya upaya kita maksimalkan untuk menedapatkan bantuan dana untuk penyiapan alat kesehatan sebagai kunci untuk memulai operasionalisasi Rumah sakit kebanggaan kita. 

Kita memang sedih bahwa pandemi masih terus menggerogoti kita. Tapi kita tidak boleh pesimis apalagi menyerah. Kita juga harus berpartisipasi aktif mendukung upaya pemerintah dalam berjuang menghadapi pandemi; program refocussing anggaran, kebijakan work from home saat banyak warga kampus yang terdampak positif, penerapan protokol kesehatan yang ketat setiap kita melakukan kegiatan. Kita sejatinya sudah bersiap-siap untuk menerapkan  kuliah offline dan sudah mewacanakan antisipasi  segala yang dibutuhkan, termasuk sistem yang akan kita anut, namun semua tergantung kebijakan pemerintah dengan situasi yang melingkupi kita,  termasuk saat sekarang ini kita kembali melakukan "lockdown" total dengan banyaknya kasus positif, sebelum situasi bertambah buruk. 

Penutup: Membangun Karakter Amfibi
Akhirnya, kemaslahatan warga kampus adalah segalanya. Kita memang telah mengorbankan banyak untuk memperjuangkan kemaslahatan tersebut. Mungkin ada yang merasa bahwa pandemi ini membawa dampak terhadap melemahnya sentuhan ruh akademik kita. Tapi yakinlah pandemi ini juga membuat kita belajar untuk membangun mental yang tidak mudah menyerah terhadap keadaan. Pandemi ini mengajarkan kita untuk memiliki mental amfibi, karakter akademik yang bisa hidup dalam dua dunia, offline maupun online. Artinya, saat kita berhasil keluar dari pandemi ini, kita akan menemukan diri kita menjadi sosok yang lebih paripurna. Dan saat itu, kampus peradaban yang kita cita-citakan akan semakin nyata di depan mata. Semoga.