Kisah ini memperlihatkan ke kita apa yang diidentifikasi oleh para sufi sebagai pengetahuan rasional dan pengetahuan hati. Pengetahuan rasional diperankan oleh sang sarjana, dan pengetahuan hati diperankan oleh sang pertapa. Atau contoh paling aktualnya, apa yang diperlihatkan oleh seorang Ida Dayak saat ini, Berikut kisahnya....
Suatu hari seorang sarjana sedang berperahu di sebuah danau yang besar. Ia mendengar sebuah suara datang dari arah sebuah pulau yang kecil. Merasa penasaran, ia pun mendayung perahunya menuju pulau tersebut. Ia melihat seorang pertapa sedang berzikir sambil duduk dan membaca sebuah doa berulang-ulang.
Sang sarjana menyapa si pertapa seraya menjelaskan bahwa, berdasarkan bahasa Arab klasik, ia tidak tepat dalam mengucapkan doa tersebut. Sang sarjana merasa puas karena telah mampu meluruskan si pertapa yang buta huruf tersebut. Lagi pula, disebutkan bahwa mereka yang menguasai doa tersebut dapat berjalan di atas air.
Sang sarjana pun pergi, merasa puas atas amal baiknya. Kemudian ia mendengar suara dari belakangnya, lalu menoleh. Si pertapa sedang berlari di atas air untuk mengejarnya. "Hai nak, aku telah mengucapkan doa tersebut secara salah selama bertahun-tahun! Tolong ulangi kembali untukku dengan cara yang benar, sekali lagi."
Rupanya dia lupa apa yang baru didengarnya, tapi "dalam kenyataannya" pengetahuannya telah dipraktekkannya...