Surah Maryam ayat 33 dan Surah Maryam ayat 15 kedua ayat itu dinisbahkan atas kelahiran dua Rasul Allah, yakni Nabi Isa a.s., dan Nabi Yahya a.s. Untuk kelahiran Nabi Isa, ungkapan “selamun” disebut dalam ayat, yakni: وَٱلسَّلَـٰمُ عَلَىَّ يَوۡمَ وُلِدتُّ وَيَوۡمَ أَمُوتُ وَيَوۡمَ أُبۡعَثُ حَيًّ۬ا Dan kesejahteraan yg dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".. (Maryam 33).
Ayat ini tidak sesuai untuk dijadikan dasar menyampaikan “selamat hari Natal” pada tanggal 25 Desember. Ayat itu sebagai tanda syukur Nabi Isa karena kelahirannya dengan selamat. Selamat, karena kelahirannya tanpa ayah, toh juga lahir sebagai manusia. Matinya pun juga selamat dari rencana pembunuhan oleh tentara Romawi dengan salib. Nabi Isa berhasil melarikan diri ke arah timur Palestina, ada yg mengatakan ke Madyan, ketika meninggal dijemput oleh malaikat.
Hal yang sama untuk kelahiran Nabi Yahya. Ayah Nabi Yahya adalah Nabi Zakariyah, kisahnya ingin memiliki anak dijelaskan dalam ayat 2- 9 dalam surah Maryam. Apa mukjizat dengan kelahiran Nabi Yahya?? Nabi Zakariyah usianya sudah 100 tahun, isterinya 90 tahun berarti keduanya sudah monopouse, apalagi isteri Nabi Zakariyah, yang memang mandul sejak masa muda. Lalu mengapa di hari tua bisa hamil dan melahirkan anak?? Itu tentu hal yang mustahil menurut hukum alam (sunnahtullah), --- sudah mandul sejak muda lalu sudah tua 90 tahun --- bisa hamil dan melahirkan anak, yakni Yahya. Ini semua mukjizat Allah kepada RasulNya, sehingga ketika lahir kedua Rasul itu, mereka mengucapkan “salamun”, artinya keselamatan atas kelahiran dalam kondisi yg sebenarnya tidak mungkin tetapi menjadi mungkin karena kekuasaan Allah SWT. Ungkapan “salamun” untuk Nabi Yahya dijelaskan dalam Surah Maryam 15: وَسَلَـٰمٌ عَلَيۡهِ يَوۡمَ وُلِدَ وَيَوۡمَ يَمُوتُ وَيَوۡمَ يُبۡعَثُ حَيًّ۬ا Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali. (Maryam 15).
Kematian Nabi Yahya juga sebagai mukjizat, karena pada saat mau di bunuh oleh kaum Bani Israil, dia bisa lolos dan melarikan diri ke Parsia, di Persia dia berdakwah dan banyak pengikutnya. Setelah Nabi Yahya wafat, agamanya diubah oleh pengikutnya sesuai kepercayaan lokal dan dinamai agama “Shabi’in” menyembah bintang. Nama Shabi’in disebutkan dalam al-Baqarah ayat 62, al-Hajj ayat 17.
Jadi dua ayat masing-masing untuk Nabi Isa (Maryam 33) dan Nabi Yahya (Maryam 15), bunyinya mirif sehingga tidak cocok kalau dipakai sebagai dasar untuk mengucapkan Selamat Natal, melainkan sebagai tanda mukjizat . Kecuali kalau untuk mencocokkan ya… bisa saja. Saya juga setuju ucapan selamat natal, dalam arti “selamat merayakan natal dengan aman, tertib, syahdu, dan menggembirakan”. Bukan selamat sesuai doktrin eskatologi Kristen. Kalau ucapan Selamat natal dicarikan nash dalam Al-Qur’an lama-lama jadi wajib.