حَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَ تَزَيَّنُوا لِلْعِرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا
"Hisablah dirimu sebelum amalmu dihisab dan persiapkanlah dirimu untuk menghadapi hari dimana semua mahluk dihadapkan kepada Allah, sungguh hisab terasa ringan dihari kiamat bagi orang-orang yang gemar mengoreksi dirinya di dunia.” (Sayyidina Umar bin Khottob RA).
Muhasabah adalah sebuah term atau aktivitas fisik dan roh yang terkait dengan upaya untuk mengevaluasi serta mengintrospeksi dari seseorang, dengan harapan kehidupan seseorang hari ini dan waktu sekarang lebih baik dari kehidupannya yang telah berlalu atau hari-hari sebelumnya.
Terkait dengan Muhasabah diawal tahun 2024 ini ,sesungguhnya sikap atau respon bijak dan proporsional yang harus hadir bukan hanya pada saat pergantian tahun tetapi dalam setiap pergantian waktu agar apa yang telah kita lakukan tidak menjadi beban dihari atau waktu berikutnya. Karena itu setiap saat muhasabah atau evaluasi dan introspeksi diri serta koreksi diri ini menjadi sangat determinan dalam kehidupan setiap anak manusia .
Tentu orientasi utama dari aksi muhasabah ini bertujuan agar terjadi peningkatan dan perubahan dari hal yang terkecil sampai hal yang terbesar . Kemajuan atau perubahan yang diinginkan tentunya adalah peningkatan pada aspek kualitas hidup . Baik dari aspek kualitas interaksi kita dengan orang sekitar , interaksi kita dengan sesama secara luas dan yang paling terpenting interaksi kita dengan Pencipta alam semesta sebagai Tuhan yang menghadirkan kita menjadi manusia seutuhnya ( insan Kamil ).
Sebagai Makhluq yang memiliki keterbatasan dalam segala aspek , maka tentu koreksi diri dan upaya perbaikan perlu dilakukan untuk menyempurnakan kekurangan-kekuarangan yang ada dan yang diproduksi dalam hidup selama ini . Mindset yang keliru dari seorang manusia jika dirinya abai terhadap muhasabah yang akan menghantarkan dirinya lupa diri hingga akhirnya terperosok kedalam kesalahan terlalu jauh akibat menyepelekan kebiasaan evaluasi dan introspeksi diri dalam setiap aktivitasnya.
Momen pergantian tahun ataupun memasuki awal tahun salahsatu diantara waktu yang tepat untuk melihat dan mencermati kehidupan kita dalam rentang waktu setahun baik dari aspek diri kita sebagai makhluk individu dan sosial demikian pula dalam kapasitas diri kita sebagai khalifah dibumi yang membawa misi dan tanggung jawab mulia yang mesti ditunaikan sebagaimana tuntunan agama . Karena itu momen pergantian tahun sebagai wahana dan sarana untuk melakukan muhasabah ( evaluasi dan introspeksi diri) tidak bertentangan dengan spirit agama bahkan dinilai sangat simetris dengan upaya untuk melakukan perubahan atau inovasi ke arah yang lebih produktif ,konstruktif dan bermaslahat untuk hajat orang banyak.
Kecenderungan orang sekarang menjadikan moment tertentu untuk muhasabah, seperti akhir tahun dan awal tahun. Hal itu boleh dan sah-sah saja karena Nabi Muhammad SAW. pun menyenangi sebuah momen. Seperti di saat di Madinah suatu waktu penduduk Yahudi memperingati kemenangan Nabi Musa AS. atas kediktatoran Firaun, Nabi Muhammad SAW. berkata;
“Saya lebih layak menghormati Musa daripada kalian. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dan memerintahkan para sahabatnya untuk puasa.” (HR. Bukhari)
Karena itu kapanpun muhasabah mau dilakukan sah-sah saja dengan momen apa saja sepenjang target dan sasaran yang ingin dicapai selaras dengan spirit perubahan dan peningkatan kualitas hidup seseorang.
Apalagi dalam Islam Muhasabah itu penting dan harus dilakukan sebagaimana Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata:
حَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَ تَزَيَّنُوا لِلْعِرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا....
“Bermuhasabahlah atas diri kalian sendiri sebelum kalian dihisab pada hari kiamat, dan timbanglah amal kalian di dunia ini sebelum nanti ditimbang pada hari kiamat. Sesungguhnya kalian akan merasa ringan dengan bermuhasabah pada hari ini untuk menghadapi hisab kelak. Dan berhiaslah kalian (dengan amal sholeh) untuk menghadapi hari pameran agung. Pada hari itu perbuatan kalian akan ditampilkan, tidak ada yang tersembunyi sedikitpun.”
Salah satu diantara ayat al-Quran yang memberikan inspiratif dan motivatif serta tuntunan untuk dijadikan dasar dalam melakukan muhasabah, yaitu yang terdapat dalam Q.S. Al-Hasyr ayat 18-19.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ١٨ وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ نَسُواْ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ١٩
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”
Bila kita menelisik lebih jauh pesan suci dari ayat diatas ada makna yang bisa menjadi inspirasi sekaligus motivasi untuk manusia dalam melakukan muhasabah atas dirinya.
Pada Ayat diatas terdapat perintah untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Dan pernyataan atau perintah bertakwa tersebut diulang sebanyak dua kali. Menurut Pakar tafsir khususnya Imam al-Qurthubi dalam al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (berkata: “Dikatakan bahwa Taqwa yang pertama, maksudnya adalah taubat dari segala dosa yang telah lampau . Sementara taqwa yang kedua adalah menghindari dari maksiat di masa mendatang atau kedepan.”
Hal ini bermakna bahwa terhadap dosa masa lalu sudahlah dilupakan, atau dengan kata lain tutup buku. Karena memang tidak ada manusia yang sempurna. Tidak perlu diungkit lagi jika membuat kurang bergairah untuk menatap masa depan dan yang akan datang . كل بني آدم خطاء، وخير الخطائين التوابون
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat."
Seorang ulama bernama Najib Mahfuz berwasiat :
لا تحمل الماضى معك, ثقله يمنع تقدمك
“Janganlah engkau membawa masa lalu yg suram membuntutimu , Karena bobotnya menghalangi langkahmu meraih sukses kedepan.”
Dosa apapun di masa lalu harus dirahasiakan. Biarlah hanya Allah dan diri pendosa saja yang tahu. Bukankah seorang yang bertaubat seperti tidak ada dosa sama sekali? Nabi Muhammad SAW. Telah bersabda: التائب من الذنب كمن لا ذنب له
“Orang yang bertaubat dari perbuatan dosa, seperti orang yang tidak melakukan dosa.” (Hadis riwayat Ibnu Majah )
Tuntunan Allah SWT berikutnya di ayat itu, adalah agar kita berhati-hati dan tetap berpegang teguh dengan syariat Allah, agar kedepan tidak lagi jatuh dalam kesalahan dan dosa yang sama.
Dengan memperhatikan kedua perintah taqwa itu ada perintah untuk selalu melihat dan memperhatikan apa yang seharusnya dilakukan hari esok.Inilah perintah untuk selalu bermuhasabah agar selalu ada perbaikan. Adapun perbaikan itu tidak berhasil jika tidak diawali ketakwaan dan selalu diakhiri dengan ketakwaan. Artinya kesuksesan itu jika hidup diwarnai dengan menjalani perintah yang di Ridoi dan menjauhi larangan yang dimurkai.
Selamjutnya Apa yang dimaksud dengan hari esok dalam ayat wal tanzhur nafsun maa qoddamat lighod ( Dan hendaklah kalian mempersiapkan diri hari esok) ?
Dr. Ahmad Zain Annajah, MA, memberikan penjelasan bahwa hari esok di ayat itu artinya ada dua; hari esok yang dekat ( didunia )dan hari esok yang jauh ( diakhirat)
Karena itu makna hari esok yang dekat adalah hari-hari mendatang di dalam kehidupan dunia ini bisa satu hari lagi, satu minggu lagi, satu bulan lagi, satu tahun lagi, sepuluh tahun lagi dan seterusnya. Yang jelas, setiap diri kita harus mempersiapkan diri untuk masa depan, yang berarti harus punya planning ( rencana )yang jelas, sistimatis , terstruktur , dan realistis .
Firman Allah SWT. diatas, memerintahkan kita umat Islam untuk selalu mempunyai rencana dan rancangan yang matang dalam setiap aktivitas, tidak asal kerja, tidak asal beramal. Sehingga hasil kegiatan yang terencana dan terprogram dengan rapi akan menghasilkan sesuatu yang baik dan bermanfaat, baik di dunia ini maupun di akhirat. Karena indikator orang bertaqwa adalah segala sesuatu harus didasarkan pada rencana yg terprogram .
Sebuah riwayat mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya bijak dalam merespon pergantian waktu yang ada. Disebutkan:
من كان يومه خيرا من امسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل امسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من امسه فهو ملعون.( رواه الحاكم)
“Barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dia tergolong orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dia tergolong orang yang rugi. Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dia tergolong orang yang celaka.” (Riwayat Al-Hakim).
Muhasabah sebelum beramal (bekerja)
Hal mendasar yang Harus senantiasa dievaluasi apakah ketika beramal sudah dimotivasi dan dilandasi dengan ketulusan dan keikhlasan serta keterikatan dengan syariat. Apakah motivasinya karena ingin mendapatkan pahala Allah atau kepentingan yang bersifat duniawi?
Seorang Sufi ternama Imam Hasan al-Bashri pernah berkata:
“Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan rahmat kepada seorang hamba yang selalu merenungi ( evaluasi ) sebelum melakukan aktivitas, jika diniatkan karena Allah, maka ia lakukan aktivitas tersebut, tetapi jika bukan karena Allah, dia urungkan aktivitas tersebut.” Hal senada diungkapkan Allah dalam surah al-Anfal. :71 إِن يَعْلَمِ ٱللَّهُ فِى قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا ....
"Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang baik atau lebih baik..." Muhasabah saat beramal (bekerja)
Menyangkut muhasabah sebelum beramal dalam hal ini hendaknya senantiasa bersemangat dan istiqomah untuk terus on the track syariah. Berdoa kepada Allah agar senantiasa berada di jalur syariatnya dan kekhsyu’annya. Itulah kenapa kita selalu berdoa dan diulang-ulang, dengan doa seperti apa yang terdapat dalam surah Al-fatihah: اهدنا الصراط المستقيم
yang berarti “Ya Allah bimbinglah kami terus ke jalan yang lurus.”
Imam Abu Dawud dalam sebuah riwayat , dari Muadz bin Jabal, Rasulullah menasihati Muadz agar tidak meninggalkan shalat sebelum mengucapkan:
‘اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allah, bantulah aku untuk berzikir dan bersyukur kepada-Mu serta beribadah kepada-Mu dengan baik.”
Muhasabah setelah beramal ( bekerja)
Mengenai Muhasabah Setalah beramal dimaksudkan apakah amal yang sudah dilakukan sudah berefek positif (manfaat dan membawa kemaslahatan) kepada diri, keluarga , masyarakat, bangsa dan tanah air ?
Pertanyaan selamjutnya Apakah ngajinya di sebuah majelis dari Senin sampai Jumat berefek positif kepada diri dan keluarganya? Apakah masih memberikan keseimbangan dalam menghadapi berbagai masalah?, Apakah masih gemar bermaksiat? Padahal sudah shalat, puasa dan mengaji. Kalau itu terjadi berarti ada yang salah dalam ibadahnya yang harus diperbaiki.karena hakikat shalat dan ibadah lainnya berorientasi kepada efek yang dihasilkan.
Sementara itu makna hari esok yang jauh maksudnya adalah hari akhirat, maka setiap diri kita hendaknya mempersiapkan bekal amal untuk dibawa ke hari pembalasan.
Ahli Tafsir Imam al-Qurtubi berkata, “Hari esok adalah hari kiamat. Orang Arab menyebut sesuatu yang akan datang dengan esok hari yang bermakna hari pembalasan.”
Itulah sebabnya sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara khusus memberikan penilaian kepada orang yang konsen terhadap kehidupan akhirat kelak adalah orang yang cerdas . Dalam bersabda nya :
الكَيْسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنِ اتَّبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّي عَلَي الله
“Orang yang cerdik adalah yang selalu menahan hawa nafsunya dan beramal untuk sesudah mati, sedangkan orang yang lemah adalah yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi,)
Penekanan Allah SWT untuk tidak menjadi orang fasik hakikatnya adalah agar manusia pandai mempersiapkan diri dan selalu melakukan koreksi dan introspeksi diri: وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Al-Hasyr: 19).
Firman Allah SWT yang termaktub pada ayat ini yang dimaksud orang fasik itu adalah mereka yang melupakan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Kalau itu terjadi, maka Allah akan membuat lupa akan asal-usul dirinya. Lupa terhadap asal-usulnya yang dulu tidak ada, kemudian menjadi ada. Dulu, dia hanya berupa air mani yang hina, kemudian Allah menjadikannya menjadi orang yang dewasa dan kuat, kemudian akan kembali lemah dan akhirnya mati dan kembali lagi kepada Allah untuk selama -lamanya .
Jika kondisi seseorang lupa kepada Allah, dia akan lupa kepada hal-hal tersebut, selanjutnya dia akan berbuat semena-mena, sombong dan semaunya di muka bumi ini. Sehingga membuat lupa pula beramal saleh dan akan semakin terpuruk kepada kesibukan duniawi seolah ia dapat kebahagiaan darinya. Padahal yang ada hanyalah kegelisahan karena keluarga pada berantakan dan anak-anak pada durhaka serta jauh dari jalan yang benar.
Manakala seseorang lalai dari ajaran Allah dan Rasul-Nya, ia akan dilalaikan dengan keluarganya dan hartanya ini adalah kerugian dunia akhirat. Karena terpasung oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran surah Al-Munafiqun: 9
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُلۡهِكُمۡ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”
Karena itu hendaknya setiap individu muslim harus terus menatap hari esok yang abadi dengan ketaqwaan . Orang beriman harus fokus kepada sang Khaliq dan mencari diridha-Nya ,niscaya hari-hari esok yang indah dan lebih baik akan terealisasi seperti yang telah di janjikan didalam Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
Karena orang yang selalu berusaha menjadi lebih baik dan dianggap sebagai orang yang beruntung . Hal ini menjadi motivasi sekaligus pengingat dari Rasulullah SAW kepada umatnya dalam hal umur rata-rata kehidupan manusia. Rasulullah SAW menyebut umur umatnya berkisar di antara 60 hingga 70 tahun, sehingga jika ada yang lebih itu dipandang bonus.
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yang mampu untuk melampaui umur tersebut." (HR Ibnu Majah)
Sabda Rasulullah di atas menjadi pengingat yang secara spesifik kepada kaumnya yang mulai menyamai bahkan melebihi usia Rasulullah SAW. Dikutip dari tulisan Muhammad Taqwa Yunus dalam buku Jangan Suruh Nina Bobo bahwa kita sebagai umat Rasulullah SAW harus mulai muhasabah diri dan melakukan berbagai koreksi terhadap perilaku dan kebiasaan yang menyalahi tuntunan agama.
Karena Muhasabah artinya adalah mengintrospeksi diri atau berkaca serta melakukan pembenahan .Hal ini dilakukan agar kita dapat mengukur amal ibadah kita dan senantiasa merasa khawatir kalau usia kita semakin berkurang sedangkan amal kita tidak bertambah dari waktu ke waktu
Sejalan dengan hal ini juga hendaknya didukung dengan selalu mengingat bahwa bisa kapan saja ruh kita dipisahkan dari raga kita dengan berbagai cara dan waktu. Oleh karena itu, Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita bahwa orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengingat kematian sekaligus mempersiapkan diri untuk menghadapi kedatangannya yang pasti akan terjadi.
Semoga pergantian waktu menjadi pelajaran berharga sekaligus tuntunan yang jelas agar kita dari waktu ke waktu terus melakukan pembenahan diri sebagai manifestasi dari upaya kita merespon pergantian waktu secara cerdas dan bijak sesuai dengan pentunjuk Allah SWT. Dalam hidup ini .
Selamat menyongsong dan menjalani tahun 2024 dengan berbagai prestasi gemilang dalam rangka meraih masa depan yang lebih berkualitas dan bermartabat serta di Ridhai Alah SWT.