Gambar mana-lebih-utama-ilmu-atau-ibadah.jpeg

Saya kurang setuju terhadap orang yang mengatakan “boleh berbohong demi kebaikan.” 
Kok aneh?

Dua anasir berbeda dimensi (kontradiktif) dipaksa untuk bermufakat, atau dituntut untuk berhimpun, yaitu ‘kebohongan dan kebaikan'. 

Bagaimana logika ilmu menalar syak wasangka ini?

Mana mungkin kebohongan bisa berintegrasi dengan kebaikan. Yang satu kimiawinya ‘elok nan terpuji’ (kebaikan), yang lain zatnya ‘rombeng menjijikkan’ (bohong).

Apakah mereka lupa bahwa presensi kebaikan dan kebohongan mustahil ut disatukan. Sebab wujud keduanya laksana minyak dan air di lautan lepas. 

Sejak dulu para cendekiawan memaksa ingin menyatukan 2 zat yang tidak simetris, minyak dan air. Namun, apa daya kaum profesional selalu gagal melebur minyak dan air menjadi satu bagian elektron dan partikel.

Pemicunya, karena keduanya terbuat dari unsur yang berbeda, dengan struktur berlawanan, bahkan polaritas yang kontradiktif. Tak heran minyak dan air tidak akan tercampur secara permanen. 

Demikian pula distrik ‘kebohongan dan kebaikan’. Sehebat apapun kafilah cerdik pandai bermaksud ingin melebur keduanya, nonsense (elusive). 
Syahdan, tidak mungkin ‘kebohongan dan kebaikan’ dapat dimesra-kan hingga roda zaman masih berputar gasing. 

Sebab, sifat molekulnya berlawanan arah dan tidak bisa mengikat satu sama lain. Ini yang dinamai divergen.

Jika kebaikan dan kebohongan dipaksa terus-menerus untuk bersatu padu (berfusi) apalagi berkamuflase, LANTA’ GOLO’ DE’ MU SITA.

“Jauh Panggang dari Api”

Jika masih ada orang ngotot mengatupkan “bolehnya berbohong demi kebaikan”, 
PARELLU NI YACCURU-CURUNGI orang tsb, dibawa ke RS Khusus Daerah (RSKD) Dadi Makassar.

Untuk apa?

Untuk opname (rawat inap), mungkin ada kabel-kabel syaraf korsleting sehingga turun 7 digit memori otaknya.
 
Saudaraku, sebuah kebohongan merupakan pembelokan dari kebaikan.
Saat kebenaran mulai bengkok dan berbelok arah, mustahil bisa disebut kebaikan lagi. Sebab, anatominya telah tercemari noda & nista di ruang sekatnya.

Apapun alasannya, kendati berbohong untuk kebaikan, atau meski berdusta demi belas kasih tuk menghasilkan aneka kemaslahatan, kebohongan tetaplah kebohongan alias penipuan original, sesuatu yang tidak jujur.

Berhentilah berbicara jika daya muatnya hanya kebohongan belaka. Sebab getaran bunyinya tak kuasa dua gendang telinga mendengarnya.

Apa yang diharapkan dari ampas bau mulut para pembohong, hanya menyuguhkan aroma pengelabuan dan manipulasi yang merugikan.
 
Kebohongan bukanlah hal yang baik untuk dilakukan. Kendati kebaikan dan kebohongan adalah potensi yang ada pada setiap manusia. Nilai agama identik dengan kebaikan, sementara nilai kebohongan ekuivalen dengan kejahiliyahan.

Kebohongan akan menyelamatkan seseorang hanya sementara waktu, tapi menghancurkan dirinya sepanjang orde.

Saudaraku, sudahlah, tidak perlu mencari multi alasan lagi, walau untuk kebaikan. Cukuplah kebohongan mengubur kebenaran di jurang yang dalam.

Peringatan Rasulullah Saw. “Akan datang masa penuh kebohongan, bahwa di tahun-tahun penuh kebohongan itu, pembohong dipercaya sementara orang jujur dituduh berbohong”. 

Beliau memfill up closing statementnya, “Di tahun-tahun penuh kebohongan kala itu, amanat akan diberikan kepada pengkhianat-pengkhianat”. 

Inilah yang terjadi di negeriku, bermunculan PABBOTEK-PABBOTEK LOPPO!

02 April 2023