Start typing & press "Enter" or "ESC" to close
Indonesian
English
العربية
Home
Profil
Pimpinan UIN
Sejarah UIN
Lambang
Visi Misi & Tujuan
Struktur Organisasi
Quality Assurance
Kerjasama Kemitraan
Dasar Hukum Pengelolaan
Pedoman dan Panduan Pengelolaan
Fakultas
Syariah & Hukum
Ekonomi & Bisnis Islam
Tarbiyah & Keguruan
Ushuluddin & Filsafat
Dakwah & Komunikasi
Adab & Humaniora
Sains & Teknologi
Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Program Pascasarjana
Lembaga
LEMBAGA
Penjaminan Mutu
Penelitian & Pengabdian Masyarakat
UPT
Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
Perpustakaan
Pusat Bahasa
PUSAT
Pusat Studi Gender dan Anak
Pusat Pengembangan Bisnis
Satuan Pengawas Internal (SPI)
International Office (IO)
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
Biro
Biro AUPK
Keuangan
Kepegawaian
Perencanaan
Umum
Biro AAKK
Akademik
Kemahasiswaan
Kerjasama
Sistem Informasi
Portal Mahasiswa Dan Dosen
Portal Alumni Dan Karir
Portal Kepegawaian/SDM
E-Kinerja
Kuliah Kerja Nyata
SOP
KIP
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Rumah Jurnal
Repository
Ebook
OPAC
Sistem Pengecekan Ijazah dan Transkrip
Registrasi Mahasiswa Baru
Pustipad Helpdesk
UKT Covid
Ujian Masuk Mandiri
Monev Perkuliahan Daring
Tracer Study
Sister
Kuliah di UIN
Penerimaan Mahasiswa Baru
Unit Kegiatan Mahasiswa
Kartu Indonesia Pintar (KIP)
Agenda
Change Languange
English
العربية
MAHASISWA PEJALAN KAKI VS DOSEN AROGAN
17 Desember 2012
ushuluddinalmandary[at]yahoo.com
Dunia kampus memang sebuah ladang yang sangat kompleks, kekompleksannya itu dapat langsung tergambar dari berbagai macam mahasiswa yang menjadi penghuninya. Ada beberapa macam mahasiswa yang ada apabila ditinjau dari kebiasaan mereka dikampus, seperti a. Mahasiswa pesolek, mahasiswa yang tak bisa terpisah dari cermin dan bedak seakan bedak lebih penting dari pulpen apalagi buk penunjang perkuliahan,mereka ini umumnya perempuan. b. Mahasiswa perokok, status yang satu ini merupakan etnik paling besar yang ada didalam kampus, baik kampus Islam ataupun umum. Umumnya Laki-laki c. Mahasiswa peraga, mereka adalah mahasiswa yang menjadi orang pertama yang menjadi orang pertama memakai hal baru seperti dalam hal berpakaian, sehingga seakan mereka menjadi peraga dan peragawati dari merk yang bersangkutan, dan d. Mahasiswa pejalan kaki ( MPK ), yaitu mereka yang senantiasa jalan kaki masuk kampus demi tujuan yang mulia – menuntut ilmu. Bahasan pada tulisan ini mencoba memberikan ulasan tentang para mahasiswa yang menghuni daftar paling akhir, karena memang populasinya setiap hari mulai menunjukkan grafik peningkatan. Walaupun disisi yang lain banyak juga mahasiswa yang memakai kendaraan sendiri, namun pemandangan MPK ini masih menjadi hal yang mendominasi setiap harinya. Padahal kalau mau dikaji ulang kita adalah kuliah dikampus Islam, tentunya kajian Islam yang lebih dari yang lain. Terkadang saya biasa heran dengan hal itu, tapi mau diapa itu juga merupakan hak preoregatifnya mereka mau ambil atau tidak. Juga sering saya mempertanyakan Islam yang esensinya adalah menolong sesama nampaknya belum terlalu dipahami atau dalam bahasa saya menyebutnya “ ……belum tuntas kajiannya “. Itu hanyalah pandangan sepihak yang saya utarakan, mungkin saja mereka juga punya alasan yang kuat seperti buru-buru karena khawatir terlambat masuk kuliah apalagi dosen yang mengajar sampai dikampus adalah dosen killer yang tak menerima alasan apapun, dan banyak lagi alasan yang bisa mengerucut. Kalau mahasiswa mungkin wajar ketika tidak mengambil pejalan kaki, terus bagaimana dengan para dosen yang kebanyakan dari mereka adalah sarjana dibidang agama maupun master dan banyak pula yang Doktor tentang kajian-kajian keislaman tapi yang paling urgen dalam Islam yaitu tolong-menolong, mereka belum bisa mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari – apalagi kaitannya dengan mengambil para mahasiswa pejalan kaki tadi. Kalau mau dirata-ratakan dari 50 orang mahasiswa yang mengambil mahasiswa pejalan kaki, untung kalau ada 5 orang dosen melakukan hal yang sama. Alasannya pun (agaknya )tidak ada yang masuk akal, kalau misalnya mahasiswa alasan terlambat masuk kuliah – apakah alasan terlambat juga membuat para dosen enggan tidak mengambil mahasiswa dijalan ? Apakah para mahasiswa yang diajar akan marah ketika mendapati para dosen mereka terlambat lantaran mengambil teman sesama mahasiswa ? Dalam pandangan sepihak saya rugi rasanya dengan titel mentereng, segudang penghargaan, ribuan undangan untuk memberikan kuliah dalam dan luar negeri serta berton-ton berkas dimeja yang setiap harinya bersahut-sahutan meminta tanda tangan sang dosen tapi kalau ikatan diantara mahasiswa dan dosen dalam keluarga besar UIN Alauddin belum bisa terwujud, karena salah satu perwujudannya adalah dengan mengambil para mahasiswa yang jalan kaki ke kampus. Padahal disitulah pendidikan karakter yang bisa berlangsung karena dapat memberikan bukti langsung bahwa beginilah salah satu contoh kepedulian yang harus ditunjukkan oleh dosen kepada mahasiswanya daripada sekedar mengejar credit point dengan berteriak-teriak didepan kelas dengan berbagai ulah para mahasiswa yang diajarnya yang bermacam tingkah. Tapi apapun alasan sang dosen, toh sampai saat ini para dosen juga masih bangga memperlihatkan keangkuhan mereka didepan para mahasiswanya, apalagi dengan memakai mobil plat merah. Mungkin sang dosen merasa reputasinya turun ketika ada yang mencoba mengambil para mahasiswa pejalan kaki tersebut, atau mungkin pengangkatan status dosennya ataupun setoran SKS yang harus dipenuhi dalam rangka meraih gelar Guru Besarnya akan berkurang ketika menaikkan para mahasiswa tadi. Walaupun begitu mereka tetaplah guru buat kita semua sekalipun nilai-nilai kehidupan masih banyak yang mereka tidak tau. Kiranya tulisan ini akan memberikan sedikit gambaran tentang para dosen harus bersikap kepada para mahasiswa. Kalau para dosen sering mengatakan kalau belajar bukan hanya di ruang kelas, melainkan diluar kelas. Saya menantang para dosen-dosen yang terhormat untuk melakukan hal tersebut dengan mengambil para mahasiswa pejalan kaki karena jangan sampai dosen-dosen tadi seperti yang digambarkan oleh Allah dengan tamzilnya bagaikan keledai ayng membawa kitab-kitab yang banyak dipunggungnya tanpa mengetahu esensi dari apa yang dibawanya itu.