-KEMULIAAN BAGAIKAN MIMPI-
Manusia tidak ada yang hidupnya sempurna. Ia tidak luput dari khilaf dan kesalahan. Tetapi Islam menunjukkan, bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna dan mulia di muka bumi. Ia lebih tinggi derajatnya dan lebih mulia dari makhluk lainnya. Beberapa ayat Al-Qur’an menunjukkan tentang kemuliaan manusia. “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. At-Tin, 95 :4) “Dan Sungguh, kami telah memuliakan manusia (anak cucu Adam)…kami beri mereka rezki dari yang baik, … dan kami lebihkan mereka…dengan kelebihan yang sempurna (QS, Al-Isra’, 17:70) Pada teori perkembangan jiwa manusia, ditemukan bahwa manusia seringkali merasa mulia hidupnya melebihi orang lain karena factor pendidikannya, factor ekonominya, factor jabatan, factor status social, dan factor lainnya. Seseorang bisa merasakan kemuliaan hidup karena dimuliakan oleh keluarganya, temannya, tetangganya, bawahannya, dan lainnya. Perlu dipahami, bahwa hadirnya kemuliaan pada seseorang, bisa saja bagaikan mimpi, sebagaimana makna kelong:
KALA’BIRANGA RILINO, RAPANJI TAU ASSO’NA, PUNNA ANYNYA’RING, SAPUPALAJJI LE’BA’NA.
Arti bebasnya: Kemuliaan hidup di dunia hanya laksana orang mimpi dari tidur, jika terjaga dan bangun dari tidurnya, ia sadar bahwa ternya kemuliaan itu hanya hampa pada akhirnya.” Jika manusia menjalankan kewajibannya beribadah kepada Allah, maka ia akan tetap dalam predikat sebagai makhluk yang mulia. Tetapi jika manusia berbuat mencari kemuliaan tetapi atas bimbingan hawa nafsunya, maka ia akan berbuat tanpa kendali dan kebahagiaan baginya hanyalah laksana mimpi (rapanji tau asso’na) Puasa membimbing manusia meredam dan melawan hawa nafsu. Untuk mencapai kemuliaan yang hakiki, maka manusia wajib berusaha sepanjang hayat melawan hawa nafsunya yang mendorongnya pada kejahatan. Raihlah kemuliaan yang hakiki, bukan kemuliaan laksana mimpi. Semoga, Aamiin yra. PAO-Pao Gowa, Rabu, 5/4- 2023.