- MENGENANG JASA ORANG TUA- 
Nabi Muhammad SAW yatim-piatu. Ayahnya wafat sebelum ia  dilahirkan dan pada iusia 6 tahun,  ibunya juga wafat.  Nabi Muhammad SAW menikah diusia 25 tahu. Tentu saja acara pernikahan tersebut  tidak dihadiri oleh orang tua Muhammad karena keduanya telah wafat. Dalam riwayat disebutkan, bahwa ketika Muhammad menikahi Sitti Khadijah, para sahabatnya yang hadir (mereka belum Islam) menunjukkan rasa kegembiraannya atas pernikahan Muhammad. Namun, dalam suasana kegembiraan, Muhammat kelihatan sedih. Abubakar  (sahabatnya) mendekat dan membisikkan sambil bertanya, mengapa  Muhammad  bersedih ?  Muhammad menjawab, saya bersedih oleh karena ayah maupun ibuku tidak  hadir menyaksikan pernikahanku, keduanya telah wafat.
Sebagai anak, tentu semua berkewajiban mengingat dan mendo’akan orang tua, yang wafat maupun  masih hidup, yang dekat maupun jauh. Sebagaimana tuntunan kelong:       
PUNNA BATTU PANGNGITUNGKU,
RIANRONGKU RIMANGGEKU,
RERA TATTAPPU ATINGKU,
NARUNANG JE’NE MATANGKU.
Arti bebasnya: Bila kembali mengenang jasa ibu dan ayahku, hatiku selalu luluh sangat sedih dan pedih, air mataku jatuh tak terasa.” 
Kenanglah ibu dan ayah setiap saat. Dia rela mengasuh dan  memberi tak pernah berharap balas, bagaikan sang surya menerangi dunia. Do’akan dia semoga selamat dunia dan akhitarnya. Ingatlah kisah Maling Kundang di Minagkabau. Maling kundng merantau ke banyak daerah, Ia menjadi saudagar sukses dan kaya-raya diperantauan. Suatu ketika, Malingkundang  kembali ke Kampung halamannya dengan menumpangi kapal dagangnya. Ia mengikutkan beberapa orang temannya yang juga kaya raya.  Sesampai di pelabuhan, tersebar berita di masyarakat, bahwa malingkundang datang dan sudah kaya raya. Berita itu terdengar oleh sang ibu. Dengan perasaan gembira sangat  bahagia, sang ibu yang sudah tua renta, berpakaian lusu penuh tambalan, datang menjumpai anaknya di pelabuhan. Melihat ibu tua itu, teman Malingkundang bertanya, siapa gerangan ibu tua itu ? Karena malu, Maling kundang menjawab “tidak tahu, saya tidak kenal dia” Mendengar kata itu, sang ibu beristigfar, sambil  mengingatkan sang anak (Malingkundang) di depan teman-temannya bahwa “wahai anakku malingkundang, sadarlah, saya ini ibumu, mengapa anakku tega menyesali dan tidak mengakui bahwa saya ini ibumu.  Tetapi Malingkundang tetap saja tidak mengakui bahwa itu Ibunya.   Terkutuklah Malingkundang sang anak DURHAKA yang tidak berbakti kepada orang tuanya. Kelong mengingatkan, wahai sang anak, ingat dan cintailah orang tuamu, apapun kondisinya. Janganlah merasa malu kalau orang tua dalam kondisi miskin-papa, atau ia sakit-sakitan, atau apapun juga. 
 Kewajiban seorang anak, memelihara orang tua jika ia sudah lemah dan mendo’akannya setelah wafat. Itulah amal jariyah orang tua yang tidak akan putus, dari do’a anaknya yang saleh. Semoga, Aamiin yra.     
Pao-Pao Gowa, Sabtu, 1 /4-2023.