Seberapa sering anda meluangkan waktu untuk melakukan kebaikan apa saja dan sekecil apa saja? Saya menanyakan ini karena saya meyakini bahwa tidak ada kebaikan yang dilakukan sekecil apapun yang akan sia-sia.
Kasus pertama, ada seseorang yang kebingungan membayar pesanan makanan yang dibelinya di sebuah restoran. Dia bingung karena sudah sangat lapar, sementara baru sadar dompetnya tertinggal. Dia juga tidak bisa membayar dengan internet banking karena ada masalah dengan password Hpnya.
Saat orang itu ingin mundur dengan perasaan sedih, tiba-tiba laki-laki di belakangnya menepuknya dan bertanya: "Bisa saya yang bayarkan? Saya ingat wajah Bapak, minggu lalu kita sama-sama beriringan masuk di sebuah Bank, Bapak singgah menahan pintu untuk saya.
Kasus kedua, seorang pemuda mengantar ibunya yang sakit ke dokter. Pemuda itu bukanlah dari keluarga yang berada, dia tukang parkir. Dia membawa ibunya setelah dirasanya sudah cukup uang untuk membayar biaya konsultasi dan obat. Setelah menerima resep dokter, dia begitu kaget. Rupanya penyakit ibunya membutuhkan obat lebih mahal dari perkiraannya. Mereka keluar dari ruang praktek dokter dengan hati yang gundah, bagaimana caranya membelikan obat untuk ibunya. Segera setelah dia keluar, dokter itu mengikutinya dan bertanya, saya kenal anda. Kita bertemu beberapa hari lalu, saat membantu saya memungut berkas-berkas saya berserakan yang jatuh setelah keluar dari mobil. Dokter itu lalu membebaskan semua biaya yang dibutuhkan oleh ibu pemuda itu.
Kasus ketiga, seorang teman yang pernah belajar di luar negeri menceritakan pengalamannya saat menjadi mahasiswa di sana. Karena dirinya dikenal sebagai ustad, dia diundang oleh seorang warga dari Indonesia untuk mendoakan ibunya yang baru saja meninggal karena sakit parah. Singkatnya, setelah dia pulang dengan mobil tuanya dari rumah warga itu, dia buru-buru pulang karena ada urusan lainnya.
Di jalan dia ditahan polisi karena melewati batas kecepatan maksimal di sebuah jalan. Dia terkena denda saat itu, 100 dollar lebih.
Sesampainya di rumah, dia pergi berwudhu dan memperhadapkan dirinya kepada Tuhan tentang nasib yang dialaminya bahwa barusan membantu orang berduka tapi pulang kena tilang. Sebagai mahasiswa, terlalu berat rasanya denda tilang itu. Ceritanya berlanjut, setelah beberapa lama, dia dihubungi oleh seorang warga bahwa dia mendapat transferan uang 300 dollar oleh seorang pengusaha yang mengikuti kajiannya dan sangat tertarik dengan motivasi hidupnya.
Dari tiga cerita di atas, sangat jelas bahwa ternyata kebaikan kecil sekalipun, mendapat balasan yang tidak ternilai, bukan semata dari jumlahnya tapi momentumnya. Secara sepintas, betapa sepelenya kebaikan itu ketika menahankan pintu terbuka bagi orang, hanya butuh kesabaran sekian detik. Tapi kenapa menjadi sebuah kebaikan, karena melibatkan ketulusan, yang bisa saja lahir dari pembiasaan perilaku yang melahirkan "manner" (tata krama).
Sama dengan pemuda yang lari membantu dokter yang berkasnya berserakan, itu hanya kebaikan kecil yang sedikit membutuhkan waktu dan tenaga. Tapi Tuhan mengganjar ketulusan prilaku yang dibayarkan pada saat pemuda itu dalam keadaan sangat butuh. Demikian pula dengan mahasiswa yang merelakan dirinya menjadi "rugi" secara material dari bantuan doanya pada malam itu.
Poinnya adalah jangan pernah abai untuk menyalurkan kebaikan dalam bentuk apapun, dan meremehkan kebaikan orang sekecil apapun karena semua itu terekam oleh gelombang-gelombang alam semesta yang siap mengalirkan pantulan kebaikan kepada para pelakunya. Agama menegaskan bahwa balasannya adalah "rezeki yang tidak disangka-sangka".
Ternyata kebaikan meskipun sekecil apa saja, sudah diganjar dalam hidup ini. Bisa saja itu baru Down Payment (DP). Nilai balasan yang sebenarnya ada pada hari Kemudian. Tapi tolong mindset DP dijauhkan, ini masalah kebaikan bukan jual beli tanah kapling.