Setahun penuh 9 Agustus 1993- 11 Agustus 1994 saya tekun riset di perpustakaan Henry Krimer Di Leiden. Henry Krimer adalah pusat pengkaderan agama Kristen. Di perspstakaan ini banyak menyimpan masa lalu Sulawesi Selatan yang ditulis oleh Portugis. Dari sana saya memperoleh keterangan bahwa sebelum Islam diterima secara resmi di Sulawesi Selatan, missionaris Katolik telah datang di daerah ini. Menurut sumber-sumber Portugis, orang Portugis pertama yang menginjakkan kakinya di Sulawesi Selatan adalah Antonio de Payva. Ia datang di Sulawesi Selatan pada tahun 1542 dan disusul dua tahun kemudian disusul oleh Ruy Vaz Pereira, untuk mencari kayu cendana.
Kedatangan Payva pada kedua kalinya pada tahun 1544 di samping sebagai saudagar juga sebagai misionaris. Ia berhasil membaptis Raja Suppa sebagai raja pertama yang masuk agama Kristen. Sumber lontara tidak menyebutkan nama dan tahun kedatangan utusan Portugis tersebut, lontara hanya menyinggung tentang kedatangan seorang pendeta yang berhasil mengkristenkan beberapa raja di Sulawesi Selatan. Berdasarkan sumber Portugis, bisa diduga bahwa utusan tersebut adalah De Payva. Dalam lontara yang terdapat pada koleksi proyek naskah Universitas Hasanuddin disebutkan bahwa pendeta itu berhasil memasukkan Kristen Datu Suppa yang bernama Makeraiye, dan didirikan sebuah gereja di Kampung Maena. Ia juga berhasil memasukkan Kristen (Raja) Bacukiki, daerah yang terletak di pinggir laut, dan (Raja) Siang di Pangkajene.
Apa yang mendorong ketiga raja ini masuk agama Katolik? Tidak ditemukan jawaban yang pasti. Laporan yang diberikan oleh Payva tidak menyinggung masalah ini. Penulis hanya bisa menduga, mungkin disebabkan kemampuan Payva sendiri dalam menjelaskan agama Katolik dalam bahasa setempat, sehingga mudah diterima oleh raja. Kemampuan Payva tidaklah diragukan, karena kedatangannya di Sulawesi Selatan adalah yang kedua kalinya setelah kedatangannya yang pertama pada tahun 1542. Karena itu, menurut Pelras, Payva memiliki keterampilan dalam menjelaskan iman Katolik dalam bahasa daerah setempat. Sekalipun peralihan agama oleh raja mendapat tantangan dari rakyatnya, terutama para bissu dan para pedagang Muslim. Namun, tantangan ini tidak menghalanginya untuk menganut agama Katolik. Hal ini juga menunjukkan, pengaruh para pedagang Muslim belum sampai kepada elite kerajaan pada masa itu.
Wasalam, Kompleks GPM, 11 Apri 2023 M/20 Ramadan 1444 H