Start typing & press "Enter" or "ESC" to close
Indonesian
English
العربية
Home
Profil
Pimpinan UIN
Sejarah UIN
Lambang
Visi Misi & Tujuan
Struktur Organisasi
Quality Assurance
Kerjasama Kemitraan
Dasar Hukum Pengelolaan
Pedoman dan Panduan Pengelolaan
Fakultas
Syariah & Hukum
Ekonomi & Bisnis Islam
Tarbiyah & Keguruan
Ushuluddin & Filsafat
Dakwah & Komunikasi
Adab & Humaniora
Sains & Teknologi
Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Program Pascasarjana
Lembaga
LEMBAGA
Penjaminan Mutu
Penelitian & Pengabdian Masyarakat
UPT
Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
Perpustakaan
Pusat Bahasa
PUSAT
Pusat Studi Gender dan Anak
Pusat Pengembangan Bisnis
Satuan Pengawas Internal (SPI)
International Office (IO)
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
Biro
Biro AUPK
Keuangan
Kepegawaian
Perencanaan
Umum
Biro AAKK
Akademik
Kemahasiswaan
Kerjasama
Sistem Informasi
Portal Mahasiswa Dan Dosen
Portal Alumni Dan Karir
Portal Kepegawaian/SDM
E-Kinerja
Kuliah Kerja Nyata
SOP
KIP
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Rumah Jurnal
Repository
Ebook
OPAC
Sistem Pengecekan Ijazah dan Transkrip
Registrasi Mahasiswa Baru
Pustipad Helpdesk
UKT Covid
Ujian Masuk Mandiri
Monev Perkuliahan Daring
Tracer Study
Sister
Kuliah di UIN
Penerimaan Mahasiswa Baru
Unit Kegiatan Mahasiswa
Kartu Indonesia Pintar (KIP)
Agenda
Change Languange
English
العربية
FOOTNOTE HISTORIS: AKTIVITAS SELAMA STUDY DI NEGERI "KINCIR ANGIN ".
26 Mei 2023
by Ahmad M. Sewang
Kami tiba di Airport Schipol Amsterdam pagi hari, dijemput staf INIS, yaitu van Der Meij, A van Der Hoek, dan Jenifer. Kami langsung diantar ke apartemen Nieuweroord dekat Zikenhuis di Leiden. Di sana kami langsung dibagikan uang living cost untuk sebulan. Nampaknya, mereka tidak tahu bahwa uang living cost sudah kami terima di Kemenag Jakarta. Akhirnya living cost itu oleh Direktur INIS, Prof. Dr. W.A.L. Stokhop, diberikan sebagai hibah. Di dalam living cost itu sudah termasuk sewa kamar apartemen, biaya makan, pembelian buku, dan uang transportasi.
Setelah barang-barang dimasukkan ke kamar masing-masing. Kami dibawa ke restoran padang. Hal paling berkesan adalah setelah selesai makan, masing-masing membayar sendiri-sendiri yang dimulai Mevrow A van. Kami sedikit kaget, karena kebiasaan di Indonesia yang menganut budaya kolektif, hanya seorang saja yang bayar dan dialah yang menanggung semuanya. Di sinilah kami mulai melakukan aktivitas mandiri dimulai membayar di restoran sendiri-sendiri. Itu juga penulis alami ketika mengikuti seminar mahasiswa internasional, ketika selesai snack masing-masing bayar sendiri-sendiri. Tetapi, kami kemudian bisa memahaminya dan menyesuaikan diri dengan kehidupan di Barat yang mandiri dan tidak saling membebani. Bukankah sebelum ke restoran, sudah dibagikan sejumlah uang living cost yang sama? Bukankah ini lebih adil, jika masing-masing membayar sesuai jumlah yang dimakan?
Hari pertama itu juga langsung penulis menghubungi Prof. Dr. Karel Steenbrink untuk menyampaikan kiriman al-Qur’an dalam bahasa Indonesian yang dikirim anak bimbingannya, Husni Rahim, Dirjen Bimbaga Islam Depatemen Agams. Malamnya beliau datang dan sangat gembira menerima kiriman al-Qur’an itu, sambil berkata, "Penulis bersyukur menerima al-Qur’an terjemahan Indonesia, sebab kebetulan saya mengajar tafsir di McGill Montreal Canada," katanya. Mendengar itu, penulis heran karena beliau seorang missiology Katolik yang berkantor di bekas rumah Snouck Hurgronje. Sambil berkata dalam hati bahwa penulis sejak ibtidaiah sudah belajar al-Qur’an, tetapi belum pernah mengajarkan tafsir. Di belakang baru penulis ketahui bahwa studi Islam di Barat, terdapat, paling tidak dua kemungkinan, yaitu:
a. Atas dasar memperkuat keyakinan,
b. Atas dasar ilmu pengetahuan.
Nampaknya, Steenbrink belajar didasarkan pada ilmu pengetahuan. Beberapa bulan kemudian, kami diundang mengikuti presentasinya tentang kajiannya al-Qur’an yang berjudul, "Kisah Cinta antara Nabi Yusuf dan Sulaikha dalam al-Qur’an." Sebuah kajian tematik terhadap al-Qur’an yang tidak pernah kita sentuh.
Prof. Steenbrink memberi banyak kesan tentang sikap toleransi. Beliaulah memberi arahan pertama tentang tempat salat yang bersih untuk berjamaah serta arah kiblat yang benar. Beliau pun menjanjikan akan membawa kami ke kuburan Snouck Hurgronje yang bersamaan dengan upacara keagamaan Tarekat Naksabandiah di Ridderkerk yang nanti akan diuraikan kemudian.
Wasalam,
Kompleks GPM, 16 Mei 2023 M/26 Syawal 1444 H