Entah kenapa, meski tidak ada hubungannya dengan cerita yang akan saya kutip, saya teringat kepada sebuah pepatah hidup waktu di Ma'had dulu: "Pekerjaan itu kalau dipikir, ia menjadi berat, tapi kalau ia langsung dikerjakan, ia akan (terasa) ringan." Mungkin inilah penyebab sehingga anak ma'had itu tidak suka menunda-nunda pekerjaan.
Seseorang meminta kepada seniman tato, "Tolong tatokan aku seekor singa yang mengamuk untuk menunjukan pada dunia betapa beraninya aku."
Tetapi, ketika jarum mulai menusuknya, orang itu mulai berteriak, "Hentikan!" Engkau menyakitiku. Apa yang engkau lakukan?" Seniman tato itu menjawab, "Aku tengah menato seekor singa, seperti permintaanmu." "Bagian mana yang tengah engkau tato?" "Ekor," jawab seniman itu.
"Baik, singa ini tidak membutuhkan ekor. Tinggalkan itu dan lanjutkan," kata laki-laki itu. Seniman ini mulai berkerja lagi, tetapi orang itu berteriak lagi, "Sekarang, apa yang engkau lakukan?" "Aku menato telinga singa," jawab si seniman.
"Baik, tak usah pakai telinga juga,” ujar orang itu. Akan tetapi, begitu seniman mulai menggunakan jarumnya lagi, orang itu mulai memekik, "Sekarang apa?" "Aku menato perut singa," jawab seniman.
"Kalau begitu, tanpa perut. Singa akan bagus tanpa itu,” teriaknya. Mendengar ini, seniman tato melemparkan jarumnya dengan marah dan berkata, "Tak ada seorang pun yang melihat seekor singa tanpa ekor, telinga, atau perut. Singa ini hanya akan mengungkapkan kepada dunia betapa pengecutnya engkau.”