Gambar cara-membangun-keterpercayaan-hari-ketiga-senior-leadership-program-0525.jpeg

Wellington - Hari ketiga Senior leadership program masuk pada isu integritas dalam kepemimpinan. Ada dua pemateri dan pemantik diskusi yang hadir. Pertama, Nichola Richardson, Direktur Leadership dan Networking pada Komisi Infrastruktur New Zealand dan Kedua, Prof. Michael Macaulay, Guru Besar Ilmu Pemerintahan Victoria University of Wellington. 

Keduanya sangat menarik; inspratif dan rektorik saat membawakan materi. Keduanya tidak keberatan untuk dipotong saat ada hal yang ingin ditanyakan atau dipertanyakan. Nichola memulai dengan mengatakan bahwa kepemimpinan dalam pembangunan infrastruktur fisik di New Zealand adalah kunci. Karena tanpa kepemimpinan kuat, infrastruktur yang membutuhkan dana besar bisa mengalami disorientasi. Menurutnya, Meskipun New Zealand dianggap salah satu negara maju di dunia, tetapi pendanaan infrastruktur tetap jadi masalah.

Katanya, salah satu hal urgen adalah menyinkronkan antara durasi pemerintahan yang hanya berlangsung 3 tahun dengan rencana pembangunan jangka panjang, 30 tahun. Karena kalau pemilihan berikutnya di mana partai yang memerintah kalah, maka akan banyak dinamika dalam pemerintahan baru pada pembangunan infrastruktur yang sudah direncanakan sebelumnya.

Saat saya menyela bahwa secara sepintas bangunan infrastruktur di New Zealand tampaknya kurang ikonik dan tidak artistik, dan berakibat lemahnya legasi peradaban yang akan dihasilkan. Nichola merespon dengan sangat antusias. Pertama, dia bertanya ikon itu untuk siapa? Kita hanya 5 juta warga yang saya sela kembali dengan mengatakan, saya berasal dari negara dengan 250 jutaan warga yang disambut tawa oleh para peserta. 

Kedua, sesuatu yang ikonik membutuhkan bisa sampai 5 kali lipat dari biaya dasar yang dibutuhkan. Dia mencontohkan Sydney Bridge di Australia yang menghabiskan anggaran berkali-kali lipat dari rencana awal. 

Diskusi dengan Prof. Michael lebih ramai lagi karena menyinggung tentang esensi "truswhortiness" (keterpercayaan) sebagai pijakan integritas dalam pelayanan publik. Dia bertanya: apakah anda mempercayai saya? Semua menjawab: pasti. Lalu dia bertanya apa alasannya, karena kita baru bertemu. 

Ada banyak ragam jawaban, termasuk dari saya, bahwa kalau anda tidak terpercaya, sudah lama tidak berada di kampus ini. Dia tertawa tapi dia kurang puas, karena dia butuhkan lebih dari sekadar "common answer". Lalu dia jelaskan bahwa keterpercayaan tidak lahir dari ruang kosong, atau ruang yang setengah kosong. Keterpercayaan didasari oleh dua latar: latar pengetahuan dan latar sikap. 

Latar pengetahuanlah yang membuat orang itu dipercaya. Orang itu memahami pekerjaannya, tahu apa tantangan ke depan, dan apa yang harus dia lakukan. Latar pengetahuan inilah yang melahirkan istilah: "credibel" dan "reliable".

Latar sikap adalah bagaimana dia membangun hubungan kebatinan atau emosi dengan pekerjaannya, dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Bagaimana membuat dirinya familiar dengan seluruh pihak yang tersangkut dengan posisinya. Dari latar sikap inilah yang melahirkan apa yang disebutnya sebagai "intimacy". 

Muara dari kedua latar dan dampak yang dilahirkannya adalah apa yang disebut dengan "authenticity" atau keaslian diri, yang orang juga sering sebut "genuineness".  Otentisitas ini bisa diukur dari niat yang tercetus dalam hati dan hasil yang terbaca oleh orang. 

Masih banyak isu yang  "diributkan"  pada dua sesi hari ketiga ini, tapi saya harus hentikan karena agak mulai kedinginan, terlambat hidupkan pemanas ruangan, termasuk memanaskan sisa masakan kemarin.