Ada yang tak  terasa begitu cepatnya berlangsung,  jarak tempuh waktu dari Ramadan sebelumnya ke Ramadan saat ini. Kita rupanya sudah berada pada gerbang bulan suci dengan segala pernak pernik yang melingkupi hidup kita. 

Rasa syukur yang tak terhingga karena masih mendapatkan kesempatan untuk kembali mencicipi nikmatnya Ramadan dengan seperangkat hikmah dan berkahnya. Rasa syukur ini semakin harus berwujud di tengah serbuan serdadu virus yang membuat kita melakukan segala cara untuk mengatur siasat bertahan hidup. 

Kita telah melewati fase-fase yang sulit dan sekali lagi bersyukur kita masih diberkahi usaha menjaga imun yang saatnya ditingkatkan perpaduannya secara sinergis dengan iman, seiring dengan masuknya Ramadan. Ramadan menjadi arena terbaik untuk kita aktifkan kebaruan iman yang  satu tahun ini bisa saja mengalami banyak 'erosi' dan  'distorsi'. 

Saya kembali menyapa pembaca dengan mengambil tema sentral di atas untuk memastikan bahwa "Belajar Bijak" tahun lalu terus bergeser ke arah praktek hidup yang penuh makna. Kata mereka yang sudah bijak, 10 persen tentang hidup ini adalah apa yang terjadi pada diri anda, dan adapun 90 persennya adalah bagaimana anda memberi makna terhadap ragam kejadian itu. 

Pastinya kita selalu berharap seluruh giat dan gerak di bumi tempat kita berpijak selalu mendatangkan makna bagi siapa saja. Karena ini adalah "Bumi Manusia",  bumi kebermaknaan.