BULAN RAMADHAN dikenal juga dgn nama Syahrul Magfirah ( bulan pengampunan) dimana semua dosa & kesalahan yang telah dilakukan ummat Muslim sebanyak apapun itu akan dianulir (dijernihkan) oleh Yang Maha Gaffar, sepanjang Ramadhan dijalani secara konsisten & konsekuen dgn keimanan , keikhlasan & mengharapkan Ridha serta pahala dari Allah SWT. Rasulullah bersabda : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Karena itu sangat disayangkan jika momen berharga ini dilewatkan begitu saja tanpa ada upaya maksimal & sustainable dalam memanfaatkan bulan mulia ini dalam mendapatkan ampunan dari Yang Maha Rahman. Sehingga tidak mengherankan jika Rasulullah menilai Muslim yang sangat merugi & celaka itu adalah muslim yang berjumpa dengan Ramadhan namun tidak meraih Fadilah ampunan dari Allah Rabbal Jalil. Rasulullah bersabda : رغم الله أنف عبد أو بَعُدَ دخل رمضان فلم يغفر له
Mengapa mereka tidak mendapatkan ampunan Allah SWT, padahal mereka juga berpuasa dengan menahan lapar & haus disiang hari? Jawabannya karena mereka gagal dalam memahami kandungan puasa, yang menilai puasa itu sekedar menahan lapar & dahaga semata, lantas pada bahagian lain mereka juga intens melakukan pelanggaran, kejahatan, kedurhakaan & perbuatan yang dimurkai Pencipta. Baik pelanggaran tangan, lisan, penglihatan maupun pelanggaran organ tubuh lainnya, tak terkecuali pelanggaran hati dalam bentuk iri hati, suudzhan, dendam, mudah menuduh & memvonis orang lain berbuat tindakan yang menyimpang dll. Rasulullah SAW memberikan warning dalam sabdanya : وَقَدْ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّم. كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صَوْمِهِ إِلَّا الْـجُوْعَ وَالْعَطْشَ.
Walhasil, Ramadhan seharusnya mampu menggiring seorang Muslim untuk menumbuhkan sikap & keperibadian yang positif, produktif & konstruktif dalam bentuk sikap husnudzan dalam segala hal sehingga tidak menyisihkan pikiran-pikiran aneh & kotor terhadap orang lain yang belum tentu kebenarannya.
Muslim yang Arif adalah muslim yg senantiasa mengintrospeksi dosa, kekurangan & kelemahan dirinya karena dia yakin bahwa setiap orang pasti pernah berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yg berbuat dosa ialah mereka yang senantiasa bertaubat. Nabi SAW bersabda: كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
Dengan kesadaran bahwa setiap orang punya dosa dan kesalahan, dan dgn kesadaran bahwa syaitan setiap saat dan dari waktu ke waktu berusaha menggelincirkan manusia untuk cenderung berbuat dosa dan pelanggaran, maka hendaknya setiap individu muslim senantiasa membiasakan diri bertobat setiap saat, baik dosa yang kecil apalagi dosa yang besar. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما منكم من أحد إلا وقد وكل به قرينه من الجن . قالوا : وإياك يا رسول الله ؟ قال : وإياي إلا أن الله أعانني عليه فأسلم فلا يأمرني إلا بخير
Jika setiap orang menyadari bahwa dirinya juga tidak luput dari salah & kekurangan, niscaya dia tidak menyibukkan diri mencari-cari kekurangan orang lain. Nabi SAW bersabda:
عَن أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيه وَسَلَّم طُوبَى لِمَنْ شَغَلَهُ عَيْبُهُ عَن عُيُوبِ النّاس
Paling tidak ada 3 hal yang sering kali membuat seorang Muslim cenderung lalai dalam bertaubat kpd pencipta :
Pertama, memandang enteng dosa & pelanggaran kecil. Padahal sebenarnya tidak ada dosa kecil, semua dosa akan menjadi besar manakala dilakukan secara berkesinambungan. Karenanya Rasulullah memberikan ilustrasi seperti seorang tukang kayu yg mengumpulkan kayu yang siap membakar & membinasakan dirinya.
Kedua, Angan2 yg mengada2. Karena merasa dirinya masih terlalu muda, sehat & tangguh sehingga mereka menunda2 bertaubat kpd Allah SWT. Persoalan Taubat selalu dikorelasikan dengan usia tua, fisik yg lemah & badan yang sakit- sakit2an. Meskipun faktanya banyak juga orang yang berusia muda & sehat, justru mereka yang ditakdirkan meninggal. Itulah sebabnya Ibnu Umar selalu berwasiat “jika engkau ada diwaktu malam hari jangan tunda waktu siang hari. Dan jika engkau ada diwaktu siang hari jangan tunggu waktu malam hari. Segera bertaubat karena tidak seorangpun tau kapan dia dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa”.
Yang Ketiga, berkesimpulan salah (berkonklusi sendiri ). Karena merasa semua palanggaran & kemaksiatan serta dosa & yang diharamkan Allah SWT. telah dia kerjakan, hingga berkesimpulan dosa & kejahatannya telah menumpuk sehingga Allah SWT. tidak mungkin lagi memafkan dirinya karena berlumuran dengan dosa & kemaksiatan . Padahal Allah SWT sudah dengan tegas mengaramkan kesimpulan seperti itu di dalam QS: Azzumar:53:
قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Karena itu, mari dengan sportif Ramadhan yang mengajarkan nilai-nilai magfirah yang disediakan Allah SWT. Kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya agar bisa mendapatkan ampunan Allah SWT. Sehingga begitu akan meninggalkan Ramadhan akan menjadi manusia yang terbebas dari noda & dosa bagaikan bayi yang baru saja dilahirkan didunia ini . Sebagaimana yang dijanjikan Rasulullah SAW: من حج فلم يرفث ولم يفسق رجع من ذنوبه كيوم ولدته أمه Selamat Menunaikan Ibadah Ramadhan 1444 H.