WISUDA SARJANA UIN Alauddin Makassar (Meneguhkan Jatidiri Institusi sebagai Pelopor Perubahan)
Di awal tulisan ini, saya ingin mengucapkan SELAMAT ATAS TERSELENGGANYA WISUDA SARJANA KE 86, DAN SELAMAT KEPADA PARA WISUDAWAN/WATI semoga para wisudawan/wati dapat mendedikasikan pengetahuan dan pengalamannya di tengah- tengah masyarakat.
Wisuda ke 86 kali adalah wisuda yang menoreh sejarah baru dalam tradisi akademik . Sepanjang sejarah perjalanan IAIN/UIN Alaudin, baru kali ini wisuda dilaksanakan melalui vitual. Semoga perhelatan akademik kali ini tidak mengurangi nilai dan sakralitas sebuah agenda yang paling dinanti-nanti oleh para mahasiswa dan keluarga.
Wisuda tentu bukan sekadar sebuah seremoni, tetapi lebih dari itu, wisuda sebagai penasbihan seorang mahasiswa yang dipandang telah mencapai level keserjanaannya dengan kadar keilmuan tertentu berdasarkan core keilmuan yang ditekuni.
Level kesarjanaan tidak boleh diukur hanya pada dimensi kemampuan/kecerdasan intelektualitas, tetapi harus mencakup kecerdasan emosional dan spiritual. Untuk mencapai level tersebut, disamping ikhtiar dari para mahasiswa, lembaga juga harus memberi ruang dan road map yang jelas bagi pengembangan potensi mahasiswa sehingga mampu melahirkan para sarjana yang tangguh.
Dalam kaitan ini, UIN Alauddin harus selalu mampu mengembangkan kultur akademik yang baik. Kultur semacam ini hendaknya diimplementasikan melalui sejumlah program pengembangan, baik dari sisi akademik, riset dan pengabdian masyarakat. Program pengembangan semacam ini hanya dimungkinkan dengan adanya pengembangan atau perubahan mindset akademik yang lebih relevan dengan suasana dan wadah yang bernama universitas Islam. Jika agenda pengembangan hanya bersifat instant atau di permukaan saja, maka status ”universitas” dan ”Islam” akan menjadi beban.
Trend positif UIN Alauddin dengan menempati posisi nomor 1 pada seleksi masuk PT tingkat nasional (UMPTKIN) memberi indikator akan trust yang diberikan masyarakat kepada lembaga ini. Kepercayan ini tidak boleh disia-siakan apalagi hanya sebatas euphoria, tetapi harus dijawab dengan menghadirkan agenda-agenda perubahan dan pengembangan lembaga yang lebih dinamis dan mampu menjawan tantangan zaman.
Momentum wisuda kali ini juga dapat dijadikan refleksi bagi sivitas akademika UIN Alauddin, untuk terus berikhtiar melakukan proses pengintegrasian ilmu ”sekuler” dengan ilmu agama beserta pengembangannya. Kita harus menjawab pertanyaan; apakah selama ini lembaga pendidikan tinggi agama Islam sudah betul-betul mengembangkan ilmu atau hanya mengulang-ulang ilmu yang sudah ada? Artinya, integrasi ilmu yang telah digagas di UIN tidak cukup hanya sebatas teori dan memperbaiki struktur keilmuan, tetapi harus diiringi dengan agenda aksi dan agenda transformasi.
ijtihadi Bayani, Ijtihad Burhani dan Ijtihad Irfani mungkin bisa dikembangkan untuk menjadi role model strategi dan pendekatan dalam rangka mendukung agenda-agenda perubahan dan pengembangan kampus ke depan.
Dengan demikian, para sarjana bukan sekadar memiliki kompetensi akademik saja tetapi mampu merefleksikan kepribadian yang menjunjung tinggi kepedulian, kejujuran, kearifan, keadilan dan semangat kebangsaan.
Akhirnya, selamat kepada UIN Alauddin, selamat kepada para pimpinan, kita semua dan selamat kepada para wisudawan. Semoga Allah selalu menjaga kita, dan menjadikan lembaga ini sebagai lembaga terdepan di bidang akademik dan community enggagement.
Selasa, 28 Juli 2020