Gambar 271-catatan-kaki--pemikiran-islam-soekarno-3.jpg

Saya apresiasi setiap ada  ketidaksetujuan apa yang saya tulis. Dalam ilmu sejarah dikatakan, seorang sejarawan tidak bisa mengadili masa lalu dengan perspektif masa kini. Sejarawan harus mampu membawa pikirannya ke masa saat pikiran itu diperkenalkan. Saya setuju kepada para netizen berpendapat adalah tidak mungkin atheis dan theis disatukan. Itu benar dilihat dari persfektif masa kini. Tetapi jika kita menengok pada pertengahan pertama abad ke-20 begitu banyak peristiwa yang terjadi bahwa antara theis dan atheis bisa disatukan dalam diri seseorang. Insya Allah pada seri ke depan saya akan mendeskripsikan datanya.  

Bagi saya, pemikiran Islam Soekarno adalah    pemikiran berkemajuan. Beliau sama sekali tidak tertarik mengutip paham Jabariah yang dianggapnya akan membawa pada kemunduran umat.

Dalamn sebuah pertemuan dengan Prof. Dr. Nurchalis Madjid. Menurut almarhum bahwa pemikiran Islam Soekarno, pertama kali didapat ketika  menimbah ilmu di rumah kos HOS Tjokroaminoto di Gang Paneleh VII, di tepi Sungai Kalimas, Surabaya. Rumah kos itu, sekaligus juga dijadikan tempat pengkaderan kebangsaan dalam menuju Indonesia merdeka. Murid yang dikader, seperti Semaoen, Alimin, Muso (dikemudian hari jadi pemimpin PKI),  Kartosuwiryo (kelak menjadi pemimpin DI TII), Soekarno, Darsono bahkan Tan Malaka.
Mereka kelak inilah jadi para pemimpin bangsa. Murid Tjokroaminoto yang paling disayang adalah Soekarno hingga ia rela menikahkan anaknya, Siti Oetari, sebagai istri pertama Soekarno.

Dari sini dikenal bahwa HOS Tjokraminoto dikenal sebagai Bapak Bangsa. Nurcholish Madjid berpendapat di sinilah Seokarno belajar Islam tetapi di sini pula belajar pemikiran Nasionalis dan Marxisme. Namun Soekarno bagai orang yang haus ilmu pengetahuan. Khusus untuk pemikiran Islam banyak sekali tempat berguru, seperti Ahmad Hasan. Beliau juga banyak membaca buku-buku dari luar negeri, baik dalam bahasa Belanda dan Inggris. Dari sini Soekarno banyak membaca pikiran Qasim Amin, Muhammad Abduh, dan Jamaluddin al-Afgani.

Akhirnya, saya berterima kasih pada netizen sebab lewat kritikannya saya termotivasi banyak membaca. Selain itu saya juga mengharapkan masukkan yang konstruktif sebab sesungguhnya harus saya akui juga memiliki banyak keterbatasan. Seri berikutnya saya akan memperkenalkan tiga masalah Islam yang menjadi pemikiran Soekarno.

Wassalam,
Kompleks GFM, 17 Sept. 2022 M/21 Safar 1444 H