Berdasarkan kitab tarikh yang sampai ke saya bahwa bentuk bangunan Masjid Madinah yang pertama adalah masih sangat sederhana, yaitu berupa bangunan segi empat berlantai tanah beratap separuh daun kurma, dan berdinding papan kurma. Belum dilengkapi dengan mimbar, apalagi menara. Mimbar diadakan setelah semakin hari jamaah Nabi semakin bertambah, maka mulailah mimbar diperlukan agar Nabi bisa menyaksikan jamaah yang duduk di belakang. Bangunan mimbar masa itu masih sangat sederhana, yaitu terdiri atas tumpukan batang kurma.
Demikian halnya menara masjid belum menjadi bagian dari arsitektur masjid pada masa Nabi saw. Menara masjid baru diadakan setelah Nabi wafat, yaitu di masa pemerintahan Dinasti Muawiyah, saat dipimpin oleh Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan. Peristiwa itu terjadi tahun 665 M di Kota Basrah. Muawiyah mendukung pembangunan menara masjid sebagai tempat azan untuk 'menyaingi' menara-menara lonceng di gereja.
Sekarang, bangunan masjid sudah lebih sempurna lagi, jauh berbeda dengan bangunan masjid di masa Nabi. Namun demikian, ternyata masih ada juga umat merindukan bangunan masjid seperti di masa Nabi dengan berkata, "Jika saya dikaruniai Tuhan rezki, saya ingin ittba' dengan Nabi saw., maka saya ingin membangun masjid persis masa Nabi. Mereka pun ingin menyewa pesawat untuk membeli daun dan batang kurma untuk atap dan dindingnya. Masjid tersebut cukup berlantai tanah seperti bangunan masjid di masa Nabi saw. Sedang masjid di masa kini, menurutnya, terlalu banyak bid'ahnya. Perlu dipahami, bangunan masjid di masa awal bukan lagi masanya, karena bangunan semacam ini akan tertinggal dan ditinggalkan oleh umat.
Bentuk bangunan masjid adalah masalah dunia atau kebudayaan yang berkembang terus dari masa ke masa dan bentuknya tidak berhubungan dengan bid'ah yang dilarang. Bahkan banyak masjid masa kini di Makassar sudah full AC. Satu-satunya yang wajib dipertahankan dalam setiap bangunan masjid adalah nilai kesucian yang inheren pada masjid dan arahnya tetap menghadap ke kiblat. Dari sini bisa dipahami jika ketua DMI merasa tersinggung menyaksikan ruangan masjid tidak lagi dijaga nilai kesuciaannya, seperti yang dilihat di you tube bahwa pelatarannya menjadi bagian dari masjid dipakai senam pagi, poco-poco dan berdansa.
Natijah: Saya menghimbau agar para netizen ikut menyaksikan bentuk bangunan masjid di dunia melalui you tube sekarang. Netizen akan dapat meyaksikan, aneka bentuk bangunan masjid di berbagai belahan dunia, hampir tidak ada yang sama. Bentuk bangunan bagian dari kebudayaan yang masing-masing terpengaruh budaya setempat di mana masjid itu dibangun. Sebagai contoh, bangunanan Masjid al-Markaz Islami di Makassar terpengaruh oleh budaya Sulawesi aselatan, Sulapa Appa. Sedang masjid di Padang terpengaruhi oleh budaya Minang, Rumah Gadang. Selama saya di Leiden, Belanda, selalu salat Luhur di masjid dekat Leiden University. Masjid itu mulanya adalah gereja yang dibeli komunitas muslim Maroko, kemudian diubah jadi Masjid. Mereka hanya membuka simbol agama Nasrani yang sudah ada sebelumnya dan diarahkan untuk menghadap ke kiblat. Nilai terakhir ini, tidak akan pernah bergeser dan akan tetap abadi sepanjang masa.
Makassar, 31 Agustus 2022 M/4 Safar 1444 H