Memang dalam masalah ibadah mahdah sudah selesai setelah Nabi saw. wafat, tetapi masalah suplemen atau aksesoris dari agama berkembang terus menerus mengikuti perkembangan zaman. Untuk menghindari kesalahpahaman, maka beberapa contoh kongkrik dikemukakan sebagai berikut.
Pertama-tama saya bersyukur karena dikarunai umur panjang bisa hidup di tiga era pemerintahan; Orde Lama, Baru, dan Revormasi. Berpuasa misalnya, saya masih dapati sekitar tahun 1960-an. Kebanyakan orang di satu kampung di daerah terpencil, mereka belum memiliki alat teknologi sehingga mereka hanya mengandalkan tanda-tanda alam, seperti jika ayam sudah naik diperaduannya, pertanda matahari sudah tenggelam dan buka puasa sudah diperbolehkan. Demikian halnya jika ayam mulai berkokok di subuh hari pertanda fajar sudah menyingsing dan pertanda stop makan sahur.
Sekarang dengan kemajuan iptek membuat kehidupan lebih comport tinggal melihat pada jam, handphone, dan televisi. Substansinya tetap, yaitu buka puasa saat tenggelam matahari atau stop makan sahur saat menyingsing fajar. Sekarang suplemen dalam keberagamaan akan semakin comport dan terus menerus mengalami perubahan dan penyempurnaan. Saya sependapat seorang ilmuwan yang berkata bahwa secara suplemen keberagamaan ke depan tidak akan sama persis dengan yang diamalkan sekarang. Namun secara substansi tidak akan pernah mengalami perubahan sampai akhir zaman. Dalam ilmu budaya diajarkan bahwa hubungan formal manusia dengan Tuhan, sepanjang bernama Tuhan caranya akan tetap sama dan abadi, seperti dalam QS al-Rahman, 26-27; كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَىٰ وجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ Semua yang ada di bumi itu akan binasa (berubah). Dan tetap akan kekal Dzat Tuhanmu (berupa hubungan dengan-Nya). Dialah pemilik kebesaran dan kemuliaan.
Secara substansi hubungan itu tetap abadi, tetapi secara suplemen akan mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan kebudayaan. Itulah yang saya pahami tentang hubungan formal dengan-Nya.
Wasalam, Makassar, 30 Agustus 2022 M/3 Safar 1444 H