Sekitar pertengahan tahun 1980 saya kedatangan tamu dari Arab Saudi, putri Syekh Yasin al Mandari. Syek Yasin berangkat ke Arab Saudi sejak pertengan tahun 1930. Beliau sudah menjadi warga negara Saudi. Sejak berangkat, tidak pernah lagi kembali sampai beliau wafat tahun 1980. Putrinya inilah sengaja datang menziarahi kampung nenek moyangnya. Kesempatan itu saya manfaatkan membawa ke Musium Makassar. Di sana ia terkagum-kagum melihat aksara Bugis dengan penanggalannya. Kemudian ia berkomentar, "Aksara dan penanggalan inilah yang selalu dipakai Abaku kalau menyurat ke keluarganya di Mandar," kementarnya. Artinya, ulama dahulu menjadikan penanggalan hijriah sekali pun sudah melakukan diaspora jauh meninggalkan tanah Air.

Kompleks GFM, 31Juli 2022