Gambar 235-catatan-kaki-awalnya-di-kerajaan-gowa-menggunakan-penanggalan-hijriah.jpg

[17.03, 2/8/2022] Uin Pa Jamal: Penggunaan penanggalan Hijriah atau Islam dilakukan bersamaan dengan islamisasi kerajaan. Kekalahan Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa yang ditandai dengan penandatanganan perjajian yang tidak seimbang, disebut Het Bongaais Verdrag (Perjanjian Bungaya) 18 November 1667. Saat itu mulailah kebudayaan kolonial berpengaruh, seperti penanggalan Masehi. Kedua penanggalan ini mulai dipakai secara bersamaan, penanggalan Hijriah digunakan secara peralel dengan Masehi, seperti tercermin pada Lontara Bilang. Akhirnya cengkraman pengaruh itu semakin dalam, terutama di lembaga-lembaga resmi lalu sedikit demi sedikit ke dalam masyarakat.

Walau demikian penanggalan Islam tetap digunakan pada masyarakat akar rumput. Sampai tahun 60-an umat Islam masih lebih banyak menggunakan penanggalan Islam daripada penanggalan Masehi. Mereka lebih hafal bulan-bulan Islam, seperti Muharram, Safar, Rabiul Awal, dan seterusnya.

Akhirnya Selamat memasuki tahun baru Islam, 1 Muharram 1444 H. Semoga hidup kita ke depan semakin berkualitas.

Kompleks GFM, 30 Juli 2022
[17.04, 2/8/2022] Uin Pa Jamal: https://pedomanrakyat.co.id/2022/07/29/musyawarah/
[17.07, 2/8/2022] Uin Pa Jamal: 234. CATATAN KAKI:

Penanggalan hijriah berlangsung bersamaan dengan kedatangan Islam di Sulawesi Selatan. Dalam sejarah Kerajaan Gowa menunjukkan, penanggalan hijriah telah tersosialisasi dalam masyarakat bersamaan dengan islamisasi. Dapat dibaca pada lontara Bilang yang mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam kerajaan. Lontara Bilang sudah diinterpretasi dan diterjemahkan oleh A. Ligtvoet, “Transcriptie van het Dagboek der Vorsten van Gowa en Tallo, met Vertaling en aanteekeningen” dalam BKI, No. 5, 1880, h. 1–259.
Di masa awal Islam, satu-satunya penanggalan digunakan di Sulawesi Selatan adalah penanggalan hijriah.

Kompleks GFM, 29 Juli 2022