Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, ditemukan tujuan bernegara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum. Ada tiga unsur yang harus terpenuhi tentang kesejahteraan bernegara, yaitu, terpenuhinya sandang, pangan, dan papan.
Selain ketiga unsur tersebut, kesejahteraan juga meliputi lahir dan batin, yaitu terpenuhinya rasa aman dan nyaman, saling menghormati, serta adil dan setara.
Sudah 77 tahun Indonesia merdeka, seharusnya tujuan kemerdekaan tersebut sudah tercapai.
Ketika saya dapat undangan dari Wakikota Makassar pada 24 September lalu untuk silaturrahmi lewat jamuan makan malam bersama dengan petinggi Partai NasDem pusat dan wilayah di Anjungan Pantai Losari. Saya berusaha hadir sekedar menampakkan rasa empati pada NasDem yang memiliki semangat demokratis dengan menampilkan tiga calon Capres terbaik. Sebagai masyarakat biasa di akar rumput, saya hanya bisa membisikan pada salah seorang pengurus pusat sebuah harapan pada Bapak Surya Palo sebagai politisi piawai agar bisa memilih salah satu Capres terbaik, yaitu yang tercerdas, jujur, dan bisa dipercaya. Tanpa menentukan nama dari tiga calon. Saya percaya pada kemampuan naluri politik Surya Palo sebagai politisi ulung akan bisa memilih yang terbaik.
Pertemuan malam itu, saya juga bertanya pada salah seorang pimpinan pusat, kenapa sudah hampir seabad merdeka bangsa ini belum bisa menemukan seorang pemimpin nasional yang bisa dipercaya, berintegritas, dan memiliki jiwa kebangsaannya? Justru yang tumbuh saling curiga dan menyalahkan satu sama lain. Sambil mengutip pendapat Menhumkam, Mahfudz MD, "Musuh kita bukan penjajah, tetapi para pejabat sendiri yang mau disogok dan korupsi." "Dahulu para the founding fathers menerima kesederhanaan bahkan kemiskinan secara bersama, seperti Soekarno, Hatta, Muhammad Natsir, dan pejuang lainnya. Tetapi orang merasa bahagian karena kemiskinan bersama terasakan. Sekarang orang miskin karena dimiskinkan dibohongi, dikorupsi, dan ditipu, sehingga yang terjadi kesenjangan sosial." "Si kaya tambah kaya dan si miskin tambah miskin," kata Cak Nur. Sekarang sudah saatnya bangsa perlu dipimpin orang yang terbaik cerdas, jujur, dan amanah. Karena pemimpin tidak dipercaya berdampak pada negara salah urus.
Bagaimana mungkin, jika seorang pimimpin Mahkama Agung justru mempertontongkan sesuatu yang memalukan dan korupsi yang tak pantas? Bagaimana mungkin jika seorang Konjen polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat justru melanggar hukum, obstraction of justice? Bagaimana jika seorang Kepala negara ditengarai memalsukan ijazah yang sudah dilaporkan kasusnya? Bagaimana mungkin jika seorang bakal calon presiden dituduh korupsi formula E?
Bagi saya dua peristiwa terakhir, baik ijazah palsu atau pun korupsi formula E. justru masih dalam dugaan, tetapi tuduhan itu justru positif andai diimplementasikan laporannya secara jujur dan fair. Sebagai warga negara akan merasa gembira jika dilakukan secara terbuka dan fair sebab akan ketahuan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Jadi, tidaklah perlu ada kegelisahan, baik yang bersangkutan atau pun masyarakat ramai, dengan syarat, sekali lagi, semua bersikap fair, tidak ada lagi krimanalisasi semua dapat dibuktikan di pengadilan yang fair. Memang yang membuat tanda tanya besar? jika ketidakadilan dan kriminalisasi dibiarkan. Sebaliknya, begitu banyak orang yang korupsi tetapi tidak lagi tersentuh hukum.
Suksesi tahun 2024 adalah kesempatan terbaik bagi segenap seluruh rakyat Indonesia menemukan pemimpin CERDAS, JUJUR, DAN BISA DIPERCAYA. Dalam negara demokrasi bahwa pemimpin ditentukan oleh rakyat. Untuk itu rakyat perlu berjanji sepenuh hati, tidak lagi akan menjual nasibnya di masa depan hanya seberapa ratus rupiah. Sebaliknya, perlu komitmen kuat suluruh rakyat untuk mengantar negeri tecinta ini menuju negeri gemah ripah loh jinawi, baldatun tayyibatun wa rabb ghafur dalam menyambut satu abad kemerdekaan. Perlu disadari bahwa kita semua berasal dari masyarakat Bhinneka tunggal ika, memiliki latar belakang budaya, suku, dan agama yang berbeda-beda, namun semua memiliki cita-cita kebangsaan yang sama, seperti tersebut di atas.
Wasalam, Kompleks GFM, 11 Okt. 2022 M/15 R. Awal 1444 H