"Dahulu tausiah singkat dan langsung diamalkan. Sekarang tausiah berlimpah dan lebih dahulu diperdebatkan."
Sekitar tahun 1984, saya bertemu Imam Masjid Raya Makassar juga mantan Kandepag Makassar, H. Arsyad Daud di RS Faisal. Beliau mengenal saya berasal dari Mandar, karena itu langsung saja mengisahkan peristiwa yang dialaminya sekitar tahun 1947, dua tahun pasca proklamasi. Dia bersama seorang ulama Sayid Alwi al-Mahdali. Keduanya sengaja datang dari jauh untuk ziarah ke rumah K.H. Muhammad Tahir, Imam Lapeo. Menurutnya Sang Imam waktu itu sudah sangat sepuh buktinya sudah banyak bintik-bintik hitam di dadanya. Sang Imam pun bertanya, "Apa tujuan kalian ke mari? H. Arsyad menjawab, "Kami datang untuk mohon tausiah." Imam pun berkata, "Saya hanya memberi satu tausiah, yaitu jangan sombong, karena kesombongan membuat Iblis diusir dari kenikmatan surgawi." Menurut H. Arsyad, "Hanya satu tausiah itulah yang saya perpegangi sampai sekarang memasuki usia tua."
Beda sekarang tausiah bisa diperoleh di mana saja; di tv seperti menjelang buka puasa, di mimbar Islam sebagai pengantar sahur, di masjid sebelum salat tarawih, di WA yang nongol setiap saat, namun setelah itu bukannya diamalkan, tetapi diperdebatkan. Mungkin karena tausiah sudah belimpah ruah.
Makassar, 19 April 2022