Lontara Bilang saya temukan di Perpustakaan Universitas Leiden dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda yang diterjemahkan oleh A. Ligtvoet, “Transcriptie van het Dagboek der Vorsten van Gowa en Tallo, met Vertaling en aanteekeningen” dalam BKI, No. 5, 1880, h. 1–259.
Lontara Bilang memuat catatan harian Kerajaan Gowa dan Tallo dan mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam kurung waktu mulai pertengahan abad XVI sampai pertengahan abad XVIII. Lontara Bilang, yang ditemukan sekarang diperkirakan ditulis oleh Daeng Pamatte pada masa pemerintahan Raja Gowa IX, Tomapa’risi’ Kalonna (1512–1546). Lontara ini beberapakali direwriting dan disempurnakan dilengkapi dengan penanggalan Hijrah serta ditulis dalam huruf serang pada masa Sultan Malik as-Sa‘id, Raja Gowa XV (1639–1653). Kemudian disempurnakan kembali pada pertengahan abad XVIII dengan memasukkan kejadian-kejadian dalam kurung waktu antara abad XVII sampai abad XVIII. Kelebihan lontara ini adalah catatan peristiwanya dilengkapi dengan tanggal kejadian, baik penanggalan Hijrah maupun Masehi. Selain itu, rekaman peristiwanya singkat dan hanya memuat fakta, sehingga obyektivitasnya lebih bisa dipertanggungjawabkan. Kelemahannya, lontara ini hanya merekam peristiwa dalam bentuk kronik atau merupakan kumpulan fakta-fakta sejarah yang disusun secara kronologis, sehingga memerlukan wawasan luas untuk bisa memberi interpretasi dalam melakukan historiografi. Lontara Bilang tersebut dapat juga ditemukan di Perpustakaan Nasional Jakarta tertulis dalam aksara Arab berbahasa Makassar tanpa nomor halaman. Untuk menemukan data yang diperlukan, harus ditelusuri lewat penanggalan yang tersusun menurut urutan peristiwa. Seperti telah dikemukakan bahwa lontara ini telah ditranskripsi dan diberi komentar ke dalam bahasa Belanda oleh A. Ligtvoet pada tahun 1880 dan sudah dilengkapi dengan daftar indeks dan nomor halaman, sehingga lebih memudahkan pencarian data. Lontara ini sengaja diperkenalkan untuk para peneliti Kerajaan Gowa. Selain itu, agar kita bisa mengetahui, di masa awal di Kerajaan Gowa penanggalan yang digunaka adalah penanggalan Hijriah. Setelah bangsa kolonial datang menanamkan pengaruhnya penanggalan Masehi mulai berpengaruh dan lebih perpengaruh lagi setela kekalah Kerajaan Gowa yang ditandai dengan perjanjian Bongaya tahun 1666.
Kompleks GFM, 27 JULI 2022