Gambar Ini Harapan Eks Rektor UIN Alauddin Makassar

Ini Harapan Eks Rektor UIN Alauddin Makassar

UIN Online - Eks Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Dr Musafir MSi bercerita suka duka saat ia memimpin UIN Alauddin selama empat tahun lamanya.

Menjalani hari-hari sebagai seorang Rektor, bukanlah hal mudah bagi Musafir, ia bercerita paling berkesan baginya jika didemo oleh mahasiswa.

"Demo paling besar yang saya hadapi waktu itu, ketika diminta untuk mencabut Surat Keputusan (SK) Rektor tentang parkir berbayar. Saya bilang memang kita salah mengambil keputusan, dulu saya tidak setuju, selalu saya mengatakan bahwa, setiap kebijakan yang diambil maka sarananya harus lebih dahulu dipersiapkan," bebernya.

Ia mengaku secara diam-diam mengadakan survei sendiri dengan metode wawancara.

"Ternyata dari semua yang saya tanya lebih banyak mengatakan tidak setuju, tapi pihak bisnis mengatakan 80% setuju. Dalam hati saya berkata bahwa ada yang tidak benar dan akhirnya di tolak," ucapnya.

Tetapi semua itu ia nikmati saja dan menganggapnya wajar.

"Saya anggap wajar-wajar saja dan saya lihat mahasiswa dalam hal itu rasional, kecuali demo tentang Drop Out (DO) dini, sebenarnya mahasiswa tersebut walaupun saya tidak DO sudah DO dengan sendirinya," ucapnya.

Ia menambahkan bahwa hal lain yang berkesan baginya adalah kebersamaan semua unsur sivitas akademika, apalagi saat menghadapi akreditasi institusi. 

"Mereka tidak satupun elemen. Baik dari mahasiswa, pegawai yang tidak setuju dengan itu semua, mereka datang untuk memberikan dukungan. Semua itu merupakan suatu kepuasan juga bagi saya," ujar ayah empat anak tersebut.

Amanah yang diembannya juga sempat membuat ia tumbang. "Saya juga pernah sakit dan sempat opname di Rumah Sakit selama 10 hari karena kelelahan. Waktu itu ada banyak masalah muncul bersamaan. Mungkin fisik saya juga sudah tidak mampu menghadapi semua beban, akhirnya saya drop pada tahun ke dua saya menjabat. Dulu saya kadang terlambat makan karena saya selalu di bayang-bayangi tanggung jawab yang besar dan amanah. Tapi setelah itu saya sudah menyadari bagaimana menghadapi masalah secara rasional," urai Guru Besar Sosiologi Agama.

Di masa kepemimpinannya, Prof Musafir berhasil membawa UIN Alauddin Makassar meraih akreditasi A. Akreditasi ini satu-satunya Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di luar Jawa. Selain UIN Alauddin Makassar, PTKIN terakreditasi A hanya UIN Jakarta, UIN Yogyakarta, UIN Bandung, UIN Semarang, UIN Surabaya dan UIN Malang. 

"Luar biasa, tapi jauh lebih berat untuk mempertahankan hal itu. Menurut saya, memang semua warga kampus yang menginginkan, baik dari mahasiswa, karyawan, dosen, serta pimpinan. Jadi memang euforianya begitu nampak. Sekarang ini bagaimana kita bisa mempertahankan, terlebih lagi untuk meningkatkan," paparnya.

Ia berharap bahwa dibawah kepemimpinan Rektor yang baru dapat menyelesaikan apa yang belum diselesaikan di periode saat ia menjabat. Seperti pembangunan rumah sakit, gedung pascasarjana. 

Tambahnya, "Kemudian yang paling penting, sekarang yang sering kali saya sampaikan Saudi Fund for Develoment (SFD). SFD sudah jalan, anggarannya sebesar 540 Milyar kalau saya tidak salah, itu sudah di depan mata, tapi bisa gagal jika tidak diseriusi, bisa dialihkan kepada UIN lain yang lebih siap. Jadi harapan saya agar bisa diselesaikan. 

Ia juga merasa Prof Hamdan pasti bisa melakukan hal tersebut. "Saya berharap hal tersebut agar bisa terimplementasi tahun 2020 dan memang memerlukan kerja keras," aku Musafir.

Kini, selain tetap menjalankan kewajibannya sebagai profesor, ia mengaku memiliki waktu yang lebih banyak dalam menjaga kesehatan tubuhnya. 

"Saya selalu menjaga kesehatan disetiap kesempatan. Tiap pagi saya aktif berolahraga. Saya juga banyak melakukan kewajiban sebagai professor, di samping tridarma juga menulis buku. Alhamdulillah, ternyata saya juga bisa menulis kalau tidak sibuk. Ada beberapa buku yang sementara saya tulis. Kemarin, Majelis Ulama menyarankan untuk menginput tulisan tentang 99 Cendekiawan Muslim, menulis hal-hal tentang pembangunan di Sulawesi Selatan, dan tugas yang diminta, saya selesaikan dalam dua hari. Dulu, jika diminta menulis saya selalu merasa berat, ternyata sekarang menulis menjadi salah satu kesibukan saya. Jadi, kesibukan saya sekarang yang sifatnya rutin ialah membaca, olahraga, jaga kesehatan, menulis, dan belajar," pungkasnya.

Previous Post Tingkatkan Mutu Pelayanan, Pimpinan FSH Gelar Rapat Koordinasi
Next Post Prodi SPI UIN Alauddin dan Penerbit Rajagrafindo Bahas Peningkatan Aksesibilitas materi sejarah