Gambar Mahad Al-Jamiah Bahas Pancasila dalam Bingkai Agama Bersama BPIP

Mahad Al-Jamiah Bahas Pancasila dalam Bingkai Agama Bersama BPIP

UIN Online - Mahad Al-Jamiah UIN Alauddin Makassar menggelar Seminar Nasional bertajuk Agama, Politik dan Strategi Nasional, Menemukan kembali spirit kebangsaan kita : Pancasila dalam Bingkai Agama di Lantai 4 Gedung Rektorat, Kampus II UIN Alauddin Makassar. Selasa (22/01/2019).
Kegiatan tersebut menghadirkan Direktur Pengkajian Materi BPIP RI Dr. Moh Sabri Ar, M.A dan Staff kusus Dewan Pengarah BPIP RI Antonius Benny Susetyo.
Dalam pemaparannya, Antonius Benny Susetyo mengungkapkan bahwa tantangan idiologi kita semakin hari semakin sulit untuk diprediksi. Hal itu dikarenakan anak anak muda milineal kerap kali berpikir pragmatisme dan tidak memahami apa yang menjadi realitas idiologi bangsa Indonesia.
Olehnya itu, ia mengatakan bahwa untuk mengembalikan idiologi Pancasila di arus teknologi. Maka perlu di bentuk lembaga kajian.
Perguruan Tinggi harus menjadi pusat pengkajian. Bagaimana Pancasila menjadi alternatif Kemajuan Konsep demokrasi, ekonomi dan kebudayaan, ungkapnya.
Lanjut ia juga mengatakan bahwa Pancasila yang di gali Soekarno adalah dari kultur budaya masyarakat Indonesia.
Pancasila itu yang di gali Soekarno adalah puncak kebudayaan lokal, spiritualnya adalah kebersamaan persaudaraan gotong royong kerjasama, bergotong royong, jelasnya.
Menurutnya, idiologi Pancasila harus menjadi arus Kebijakan, yang harus di aktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
inilah yang luput dari debat kemarin, seharusnya bagaimana idiologi Pancasila mampu menyelesaikan kasus HAM terorisme korupsi, ujarnya.
Sementara Dr Mohd Sabri AR mengeritik pemahaman ide ketuhanan yang maha esa dalam sila pertama pancasila. Ia menilai, ini tidak berbasis pada ideologi, lantaran negara membatasi makna sila pertama pancasila hanya dalam lima agama. Yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. 
Menurut lelaki kelahiran Makassar ini, negara tidak boleh mengabaikan agama agama etnik nusantara yang jumlahnya tidak lebih dari 900 agama. Menurut Dr Mohd Sabri Ar, agama etnik nusantara  tumbuh secara historis endemik jauh sebelum NKRI ini berdiri, dan disanalah spirit kebangsaan, kebersamaan dan kebhinekaan.
Previous Post Tingkatkan Mutu Pelayanan, Pimpinan FSH Gelar Rapat Koordinasi
Next Post Prodi SPI UIN Alauddin dan Penerbit Rajagrafindo Bahas Peningkatan Aksesibilitas materi sejarah