Gambar Rektor UIN Alauddin Menghadiri The 5th Meeting of Asian Islamic Universities Association (AIUA)

Rektor UIN Alauddin Menghadiri The 5th Meeting of Asian Islamic Universities Association (AIUA)

UIN ONLINE - Rektor UIN Alauddin Makassar Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si. berkesempatan memenuhi Undangan The 5th Meeting of Asian Islamic Universities Association (AIUA) yang digelar pada Rabu-Jumat, 12-14 Juli 2017 di UIN Sunan Ampel Surabaya. Even internasional ini dihadiri perwakilan tamu dari negara-negara di dunia.

Pertemuan yang digelar setelah dua hari sebelumnya mengadakan workshop di UIN Jakarta ini dihadiri delegasi dari seluruh anggota dan calon anggota AIUA yang berjumlah kurang lebih 74 Perguruan Tinggi Islam di Asia, serta tamu undangan dari Pimpinan Perguruan Tinggi Agama Islam seluruh Indonesia. Acara puncak berupa ‘International Conference on The Role of Islamic Universities Against Violence and Terrorism’  pada Kamis, 13 Juli 2017 digelar di gedung Amphitheater Lt. 2-3 Gedung Twin Tower UIN Sunan Ampel Surabaya.

Prof. A’la selaku penanggung jawab kegiatan menyatakan, The 5th Meeting of AIUA ini sangat penting dalam membangun kebersamaan di tingkat asia untuk meningkatkan kualitas Universitas Islam menuju World Class University (WCU). Selain itu, Konferensi Internasional dan Pertemuan Kelima AIUA ini bertujuan menyatukan gagasan untuk menyelesaikan isu-isu regional seputar kajian Islam, termasuk isu kekerasan dalam agama dan terorisme. Kegiatan ini juga merupakan aliansi ide, gagasan, dan gerakan bagi anggota AIUA untuk melakukan pernyataan sikap secara internasional. “Seminar internasional dengan tema kekerasan dan terorisme sangat menarik, manakala kita sebagai Universitas Islam Se-Asia memiliki kesamaan pandangan dan strategi untuk melawan terorisme dan kekerasan yang kian menguat,” ujar Prof. A’la.

Dalam kesempatan berbeda, M. Helmi Umam, M.Hum, mewakili panitia pelaksana UIN Sunan Ampel Surabaya menyampaikan, isu kekerasan dan terorisme yang mulai menyibukkan perpolitikan global menjadi menarik untuk dikaji, mengingat sebagian kekerasan dan terorisme “dianggap” terhubung dengan motivasi keagamaan. Stigma dunia bahwa Islam adalah agama kekerasan perlu direspon balik. Penjelasan dan kampanye bahwa Islam agama damai adalah tanggung jawab umat Islam. “Dalam kaitan inilah, Pendidikan Tinggi Islam dinilai sebagai lembaga paling potensial untuk mengawal misi tersebut. Sebab, lembaga di mana intelektualitas berkembang adalah tempat paling ideal memulai rehabilitasi nama Islam. Terlebih di Indonesia, di mana kebijakan Nasional diarahkan pada keragaman dan toleransi,” terang M. Helmi.

 Lebih lanjut dijelaskan M. Helmi, melalui kegiatan ini diharapkan muncul formulasi intelektual yang mencerahkan bagi dunia Islam dalam menghadapi isu kekerasan dan terorisme. Formulasi intelektual ini di kemudian hari akan dirumuskan secara mandiri oleh tiap-tiap Perguruan Tinggi Islam anggota AIUA di seluruh Asia agar menjadi gerakan anti kekerasan dan terorisme. Sehingga, target akhir dari Konferensi Internasional tersebut adalah dampak positif bagi Peradaban Dunia Islam. “Adalah harapan besar ketika Peradaban Islam menjulang tinggi di tengah pergaulan internasional tidak karena kekerasannya tapi karena kemajuan pemikiran, hasil teknologi, dan etikanya,” imbuh M. Helmi, yang juga Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut.

Terkait teknis kegiatan, M. Helmi menjelaskan, pada puncak acara International Conference dihadirkan tiga narasumber dengan tema diskusi yang beragam. Yaitu Prof. Dr. H. Abd. A’la, M.Ag., Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, yang akan menyampaikan terkait kesiapan UIN di Indonesia menangkal kekerasan dan terorisme berbasis agama/sara, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kaitannya dengan formula pendidikan tinggi di Asia mengatasi isu kekerasan dan terorisme, dan Tan Sri Prof. Nordin Kardi, Rektor KUISAS, mengenai sikap pendidikan tinggi Malaysia menyikapi kekerasan dan  terorisme.

Sebagai informasi, AIUA didirikan tahun 2015 pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-1 para Rektor Lembaga Tinggi Islam Malaysia di Riau, Indonesia. Tujuan asosiasi ini adalah untuk membantu seluruh anggotanya dalam memperkuat perguruan tinggi Islam melalui kerja sama mutu dan mencapai distingsi internasional. Baik dalam pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat dengan menggunakan pendekatan Ke-Islam-an yang holistik. Inisiator berdirinya AIUA adalah 16 perguruan tinggi yang berasal dari Malaysia, Indonesia, Thailand dan Filipina. (Ismi/Humas)

Previous Post UIN Alauddin Makassar Terakreditasi Unggul
Next Post Gelar Tadarus dan Bukber, DWP UIN Alauddin Makassar Pererat Silaturahmi dan Kualitas Ibadah